Jakarta (ANTARA) - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bustanul Arifin mengatakan daya beli dan antusiasme politik kelas menengah perlu dijaga dan dipantau dengan data mikro karena mereka memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia.

“Konsumsi mereka (kelas menengah) merupakan 80 persen dari total konsumsi penduduk kita, besar loh. Mereka ini menjadi sangat berperan dalam perekonomian. Mereka bermasalah, perekonomian bermasalah,” kata Bustanul dalam diskusi publik Kelas Menengah Turun Kelas di Jakarta, Senin.

Ia menuturkan dukungan kelas menengah terhadap reformasi kebijakan ekonomi dan politik hanya dapat terwujud jika kebijakan sejalan dengan kepentingan mereka. Kelas menengah yang aktif secara politik cenderung mendukung demokrasi, walau mereka banyak tuntutan tentang kualitas pelaksanaan demokrasi itu.

“Kelas menengah berperan penting dalam kinerja pembangunan ekonomi. Kelas menengah memainkan peran sosial-politik penting, mempengaruhi atau menentukan governansi, kualitas kebijakan dan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kelas menengah turun dari 57,33 juta pada 2019 menjadi 47,85 juta pada 2024. Kelompok menuju kelas menengah naik dari 128,85 juta pada 2019 menjadi 137,50 juta pada 2024. Kelas miskin naik sedikit dari 25,14 juta pada 2019 menjadi 25,22 juta pada 2024.

Sedangkan kelas rentan miskin naik dari 54,97 juta pada 2019 menjadi 67,69 juta pada 2024. Hal tersebut perlu diperhatikan, dan kelas rentan miskin masih memerlukan perlindungan.

“Penurunan kelas menengah adalah refleksi dari fondasi ekonomi Indonesia yang memang tidak terlalu baik. Di perjalanan 10 tahun terakhir itu, memang ada yang kurang pas, saya sebut ada kegagalan transformasi struktural perekonomian, deindustrialisasi terlalu dini dan ketidaktersambungan sektor pertanian dan sektor industri dan jasa,” ujarnya.

Kelas menengah memiliki tingkat pengeluaran Rp2.040.262 sampai dengan Rp9.909.844. Penduduk kelas menengah secara umum tinggal di perkotaan, berpendidikan menengah ke atas atau telah lulus perguruan tinggi.

Kelas menengah didominasi penduduk usia muda, bekerja di sektor formal, cukup peduli terhadap politik dan demokrasi. Porsi konsumsi pengeluaran untuk kendaraan, barang tahan lama, travel dan hiburan juga cukup signifikan.

Untuk merespons masalah penurunan kelas menengah, Bustanul merekomendasikan perbaikan di hulu dengan melakukan transformasi sistem pangan dan pertanian untuk memperkuat industrialisasi, meningkatkan nilai tambah, dan menciptakan lapangan kerja baru.

Menurut Bustanul, dengan fondasi ekonomi lebih kuat, kelas menengah lebih agile atau tangguh. Pemberian insentif dan perbaikan governansi kebijakan diharapkan oleh kelas menengah. Bantuan sosial masih diperlukan bagi desil paling bawah. Tapi, mereka perlu pendampingan dan pemberdayaan.

Ia juga mengusulkan adanya strategi industrialisasi dari pertanian dan perdesaan, modernisasi industri, digitalisasi, basis pengetahuan, pemanfaatan big data, kecerdasan artifisial hingga penguatan ekonomi daerah, dukungan penelitian dan pengembangan, serta ekosistem inovasi.

Selain itu, perlu adanya peningkatan insentif untuk ekonomi kreatif, budaya kreatif dan pencarian dan penemuan pasar baru, serta kemitraan usaha besar, kecil dan menengah inklusif. Reformasi sistem pendidikan dasar, menengah dan tinggi, sinergi peningkatan kapasitas, pengembangan sumber daya manusia dan modal sosial dalam masyarakat.

Baca juga: Pengamat: Pemerintah perlu selesaikan persoalan kelas menengah
Baca juga: Menjaga kelas menengah untuk ekonomi yang stabil
Baca juga: Pengamat sebut kelas menengah turun, jamsos perlu lebih efektif

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024