Jakarta (ANTARA News) - Istri Umar Al Faruq, Mira Agustina, hingga kini belum meyakini bahwa suaminya telah tewas dalam sebuah baku tembak dengan militer Inggris di Irak, Minggu (24/9). "Sampai sekarang belum yakin kalau suami saya telah tewas, karena sejak kabar itu muncul, tidak ada bukti gambar resmi bahwa yang tewas adalah dia," katanya ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu. Mira mengatakan pihaknya juga belum mendapat pemberitahuan resmi tentang tewasnya aktor terorisme di Asia Tenggara itu dari pemerintah Indonesia. "Saya masih menunggu kabar resmi kematian Al Faruq, sedangkan mengenai langkah selanjutnya saya serahkan sepenuhnya kepada pengacara saya. Kami masih tunggu pemberitahuan resmi," katanya. Sementara itu. penasehat hukum Mira Agustina, Eggy Sudjana, mengemukakan pihaknya telah berkirim surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dan Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah untuk menindaklanjuti kabar tentang tewasnya Al Faruq, sosok yang ditengarai merupakan tangan kanan Osama Bin Laden. "Kemarin (Selasa, 26/9) saya sudah berkirim surat kepada Presiden Yudhoyono dan Menteri Luar Negeri untuk menyampaikan nota protes kepada Pemerintah Inggris atas sikap militernya yang bertindak membabi buta, meski dia seorang teroris," katanya. Bagaimana pun, secara hukum, Al Faruq adalah warga negara Indonesia yang harus dilindungi hak-haknya dimana pun dia berada, meski dia seorang teroris, tuturnya. Bukti hukum kewarganegaraan Al Faruq, seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), paspor dan akta nikah dengan Mira Agustina, hendaknya menjadi dasar bagi Pemerintah RI untuk mengupayakan agar Pemerintah Inggris benar-benar meminta maaf atas perlakuan militernya terhadap Umar Al Faruq. "Harus dipisahkan, antara posisi Al Faruq sebagai warga negara dengan statusnya sebagai teroris. Pemerintah juga harus memperhatikan hak dan nasib keluarga seperti anak dan istri Al Faruq. Ini kaitan dengan haknya sebagai warga negara Indonesia," ujar Eggy menegaskan. Pemerintah juga harus mengupayakan pihak keluarga untuk dapat melihat jenazah Al Faruq secara langsung atau membawa pulang jenazah pria kelahiran Kuwait itu ke Indonesia. "Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah mengenai tewasnya Al Faruq termasuk langkah lanjutan yang akan diambil menyusul surat yang kami layangkan," ujar Eggy. Al Farouq yang beristri Mira Agustina (27) warga Jawa Barat tertangkap pada 5 Juni 2002 di sebuah masjid di Bogor, Indonesia. Tiga hari kemudian, dia diserahkan kepada Amerika Serikat (AS) untuk diperiksa. Selama di balik jeruji, Al Faruq sempat membuat pengakuan mengejutkan yang dipublikasikan lewat majalah Time edisi September 2002. Dalam artikel yang berjudul "Confessions of An Al-Qaida Terrorist" itu terungkap bahwa dia berencana mengebom Kedubes AS di seluruh Asia Tenggara pada peringatan serangan 11 September 2002. Al Farouq juga mengungkapkan Ustad Abu Bakar Ba'asyir mendukung operasi untuk membunuh Megawati Soekarnoputri. Akibat tulisan itu, Ba'asyir sempat mengajukan gugatan kepada majalah Time, namun gugatan tersebut mental. Konfirmasi BIN Kepastian tentang tewasnya Al Faruq dikonfirmasi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar. "Iya benar. Kita sudah cek dengan `counterpart` kita," kata Syamsir di kantor Presiden Jakarta, Rabu. Kendati Al Faruq telah tewas, Kepala Desk Antiteror Kementerian Politik, Hukum dan HAM, Ansyaad Mbai, menegaskan kematian sosok yang ditengarai sebagai salah satu dalang terorisme di Asia Tenggara itu tidak akan mengurangi ancaman terorisme kawasan, termasuk di Indonesia. "Terorisme adalah kegiatan yang berdasar pada ideologi dan politik. Sama sekali tidak bergantung salah satu figur tertentu," katanya. Kabar tewasnya Al Faruq menjadi berita utama di banyak media internasional. Kantor berita DPA mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri di London misalnya menuturkan bahwa sebanyak 250 prajurit menyerbu rumah tempat Umar Faruq tinggal di Baghdad, Minggu malam (24/9). "Suatu operasi secara hati-hati dilancarkan terhadap seorang pelaku teror yang sudah diketahui. Ketika ia melepaskan tembakan ke arah tentara, ia tewas dalam tembakan balasan," kata jurubicara Kementerian itu. Umar yang telah dikaitkan dengan serangkaian penculikan dan pembunuhan dan diduga sebagai seorang letnan Osama bin Laden, ditembak ketika ia melawan terhadap penangkapan, kata kementerian tersebut.

Copyright © ANTARA 2006