Chongqing (ANTARA) - Tempat perlindungan (bunker) serangan udara memiliki makna khusus di Chongqing, China barat daya, karena memainkan peran krusial dalam melindungi penduduk dari pengeboman Jepang pada masa Perang Dunia II (PD II).

Saat ini, bunker-bunker tersebut, yang dulunya digali di lanskap kota yang berbukit-bukit, diubah menjadi pasar, restoran, dan toko buku. Transformasi ini memadukan sejarah dengan kehidupan perkotaan modern.

Baru-baru ini, sebuah bunker serangan udara serupa di dekat Stasiun Metro Hongtudi diubah menjadi "Pasar Keranjang Paket" (Pack Basket Market), sebuah pasar gratis yang mendukung para petani lokal yang tidak memiliki kios permanen.

Luo Qingxiu, seorang petani sayuran dari Shichuan, membawa lebih dari 100 kilogram jagung yang ditanamnya sendiri ke pasar itu, dan berhasil menjual lebih dari separuhnya dalam waktu satu jam.

Tidak seperti pasar ruang terbuka tradisional, tempat inovatif ini menawarkan lingkungan dengan pengendalian suhu untuk para petani dan menarik minat penduduk perkotaan yang mencari produk segar dengan harga terjangkau.

Bunker yang telah dialihfungsikan ini juga menarik banyak pengunjung yang penasaran, dan kemudian menjadi landmark kota yang unik.

Kira, seorang mahasiswa Rusia yang telah belajar di Universitas Chongqing selama enam tahun, sering merekomendasikan bunker-bunker serangan udara sejenis di kota itu kepada teman-temannya sebagai destinasi yang wajib dikunjungi.

Salah satu tempat yang dia rekomendasikan adalah sebuah restoran hotpot bawah tanah berukuran besar yang terletak di sebelah "Pasar Keranjang Paket". Dengan luas 5.000 meter persegi, restoran itu memiliki 208 meja makan.

Angin sejuk sesekali berhembus di ruangan yang luas itu. Dinding beton dan langit-langit bunker itu masih menyisakan jejak sejarah, dengan penguat baja berkarat yang terlihat jelas.

"Ini merupakan sebuah pengalaman istimewa dapat menyantap hotpot di bunker serangan udara sembari belajar tentang sejarah dan budaya Chongqing," kata Kira.

Chongqing, yang merupakan ibu kota sementara China kala PD II, membangun banyak bunker untuk melindungi warganya dari pengeboman Jepang. Kini, lebih dari 16.000 bunker serangan udara masih ada, dengan luas lebih dari 1,1 juta meter persegi.

Bunker-bunker ini telah berevolusi dari peninggalan sejarah menjadi fasilitas yang bermanfaat dalam kehidupan modern, terutama seiring dengan meningkatnya suhu di kota yang beriklim "seperti tungku" ini.

Chongqing dilanda gelombang panas ekstrem pada musim panas ini dengan suhu melampaui 40 derajat Celsius. Merespons hal ini, kota itu membuka 39 bunker serangan udara di 11 distrik sejak 16 Juli sebagai pusat menyejukkan diri gratis. Hingga pertengahan Agustus 2024, hampir 260.000 orang telah memanfaatkan fasilitas ini.

Pewarta: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024