Itu termasuk minyak terbuang serta minyak dan gas yang dicuri, serta kerusakan infrastruktur, fasilitas, pipa dan peralatan, al-Abbas mengatakan dalam sebuah laporan oleh kantor berita resmi SANA. Adapun kerugian tidak langsung, menteri memperkirakan mencapai sekitar 19 miliar dolar AS.
Pemerintah Suriah baru-baru ini menaikkan harga bensin dalam negeri sebesar 20 persen sebagai bagian dari langkah-langkah penghematan untuk memotong biaya subsidi.
Sektor minyak adalah tulang punggung perekonomian Suriah, memberikan kontribusi hampir setengah dari total ekspor negara itu. Tetapi karena bentrokan meletus pada 2011, produksi minyak telah anjlok karena ladang-ladang minyak utama berlokasi di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak di timur laut dan disalahgunakan oleh para pemberontak.
Pada tahun lalu, Suriah bahkan harus mengimpor sekitar 1,7 miliar dolar AS minyak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Apa yang membuat keadaan menjadi lebih buruk adalah sanksi yang dikenakan oleh negara-negara Uni Eropa pada sektor minyak. Itu termasuk embargo pembelian atau pengangkutan minyak Suriah, melarang perusahaan berurusan dengan Suriah atau berinvestasi, menarik para ahli dan staf, menangguhkan dana, dan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan minyak Suriah.
Suriah beberapa bulan lalu mengatakan bahwa sanksi yang telah menelan biaya miliaran pound Suriah itu "tidak adil". Namun laporan tidak resmi menyatakan bahwa kerugian riil dari sektor minyak telah melampaui satu triliun dolar AS.
(A026)
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014