New York (ANTARA News) - Harga minyak turun di London namun sedikit lebih tinggi di New York pada Senin (Selasa pagi WIB), karena sanksi baru Barat terhadap Moskow lebih ringan daripada yang ditakutkan dan Libya melangkah lagi untuk meningkatkan ekspor.

Minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni naik 24 sen menjadi ditutup pada 100,84 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP.

Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni turun 1,46 dolar AS menjadi menetap pada 108,12 dolar AS per barel.

Patokan London merasakan tekanan jual setelah perusahaan minyak negara Libya menyatakan berakhirnya "force majeure" pada depot minyak Zueitina, membuka jalan untuk dimulainya kembali ekspor dari terminal tersebut.

Sementara analis mengatakan sanksi oleh Washington dan Eropa Barat, menargetkan kalangan bisnis dekat Presiden Rusia Vladimir Putin untuk Moskow gagal menghentikan meningkatnya ketegangan di Ukraina, datang lebih ringan dari yang diharapkan.

"Perubahan arah tajam harga minyak Brent mungkin karena fakta bahwa sanksi terhadap Rusia tidak setangguh seperti yang telah dihargakan," kata analis Forex.com Fawad Razaqzada.

"Kontrak Brent kemungkinan akan tetap didukung oleh ketegangan geopolitik di masa mendatang, sementara pasokan minyak berlebih di AS mungkin akan menekan WTI."

Minyak mentah berjangka telah berbalik naik (rebound) pada awal perdagangan, didorong oleh ketegangan baru antara Rusia dan Ukraina.

Ukraina, saluran utama untuk ekspor gas alam Rusia ke Eropa Barat, diawasi secara ketat oleh investor yang khawatir bahwa konflik skala bersenjata penuh akan mengganggu pasokan dan mengirim harga energi melonjak.

Washington menempatkan tujuh pejabat Rusia dan 17 perusahaan pada daftar sanksinya, serta Uni Eropa menambahkan 15 orang ke daftar hitamnya sendiri, dengan harapan membujuk Moskow untuk mundur dari Ukraina.

Langkah-langkah kurang mencukupi dari sanksi ekonomi skala penuh sebelumnya ditekankan oleh Washington.

"Karena situasi di Ukraina terus tetap tentatif, kami perkirakan kondisi perdagangan volatil dalam jangka pendek, sampai ada resolusi yang jelas untuk krisis Ukraina," kata Myrto Sokou, analis perusahaan pialang Sucden di London.



Penerjemah: Apep Suhendar

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014