Malang Raya (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan sosialisasi terkait upaya mitigasi bencana alam gempa bumi berserta dampak susulan kepada ratusan masyarakat di Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu.
Kepala Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM Edy Slameto menyatakan isu yang saat ini tengah menjadi sorotan terkait dengan megathrust sehingga penyebaran informasi mendetail perlu diberikan agar tidak menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat.
"Jadi sosialisasi adalah salah satu upaya kami di Badan Geologi untuk memberikan informasi komprehensif dan yang perlu dilakukan adalah memperbaiki pemahaman masyarakat terhadap mitigasi," katanya.
Ia menyatakan megathrust gempa bumi berkekuatan besar memang berpotensi terjadi di Indonesia dan merupakan konsekuensi logis akibat pertemuan tiga lempeng besar di suatu wilayah.
"Ada lempeng Eurasia, Australia, dan Pasifik, sehingga yang namanya gempa sebuah keniscayaan dan tidak bisa dihindari," ucapnya.
Potensi terjadi megathrust tidak bisa dihindari, sehingga butuh pola mitigasi yang komprehensif untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa.
Baca juga: BMKG: Gempa bali tak terkait megathrust dan tak berpotensi tsunami
Dia menyatakan sampai saat ini belum teknologi atau alat yang bisa memprediksi secara pasti kapan megathrust terjadi.
"Kami pasang GPS pergerakan bisa diukur. Tetapi tidak ada yang tahu kapan tercapainya," katanya.
Oleh karena itu, Edy menyatakan, peningkatan pemahaman masyarakat merupakan hal penting yang perlu dilakukan, sehingga informasi dan pola penanganan bisa disampaikan secara maksimal.
"Tetapi tidak perlu takut karena yang membunuh itu bukan gempanya, tetapi dampak ikutan setelah gempa, misal tembok roboh, atap berjatuhan, atau tersengat listrik," ujarnya.
Masyarakat merupakan bagian terpenting dalam langkah mitigasi bencana alam beserta dampak ikutan. Dengan adanya potensi bencana, masyarakat bisa waspada dan mengetahui apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa bumi. Diharapkan mitigasi bencana alam bisa dimasukkan ke dalam kurikulum di setiap jenjang pendidikan.
"Jadi seperti di Jepang yang sudah punya mitigasi bagus, masuk ke kurikulum sekolah, bahkan playgroup dan sekolah dasar sudah dapat," tuturnya.
Sementara itu, anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Ridwan Hisjam mengatakan masyarakat di Malang Raya bersinggungan langsung dengan permasalahan geologi.
"Di sini ada gunung, pantai, cekungan, dan lempeng," ucapnya
Dia menyebut bahwa permasalahan bencana alam tidak bisa dicegah, namun bukan berarti masyarakat tidak diberikan pengetahuan mengenai penanganan dan pola penyelamatan.
"Ini menanamkan kesadaran bagi masyarakat, jadi jangan ditakuti. Kita juga hidup di atas cincin api," kata dia.
Dia berharap sosialisasi serupa tidak hanya berhenti di Malang Raya tetapi bisa diselenggarakan di wilayah Indonesia lainnya secara berkelanjutan.
Baca juga: Pemkab Garut cek kesiapan mitigasi untuk hadapi potensi megathrust
Baca juga: BNPB gelar simulasi penanganan darurat potensi megathrust di Mentawai
Baca juga: BNPB gelar apel nasional siaga bencana gempa megathrust
Pewarta: Willi Irawan/Ananto Pradana
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024