"Kami realistis pasangan Win-HT sudah sulit diusung sebagai calon pasangan presiden dan wakil presiden karena perolehan suara Hanura tidak mencapai target," kata Didi Apriadi dihubungi di Jakarta, Senin.
Didi mengatakan pasangan itu kemungkinan akan dievaluasi dalam forum rapat pimpinan nasional yang diagendakan diadakan pada Kamis (1/5) di Jakarta.
Selain membahas mengenai nasib pasangan Wiranto-Hary Tanoesoedibjo, Rapimnas Partai Hanura juga akan memutuskan langkah partai setelah pemilihan legislatif, termasuk berkoalisi dengan partai politik lain.
"Jujur saja kami terkejut dengan hasil pemilihan legislatif yang tidak memenuhi target. Karena itu, kami akan berkoalisi dengan partai lain," tuturnya.
Menurut Didi, Partai Hanura masih terbuka untuk berkoalisi dengan partai mana pun, baik partai Islam maupun nasionalis.
"Kami membuka peluang berkoalisi ke semua partai politik. Saat ini kami masih menjajaki kemungkinan berkoalisi dengan partai mana pun," ujarnya.
Pada Pemilu 2014, Partai Hanura mengusung Wiranto-Hary Tanoesoedibjo sebagai calon pasangan presiden dan wakil presiden. Hary Tanoesoedibjo bergabung ke Partai Hanura setelah keluar dari Partai NasDem yang dipimpin Surya Paloh.
Hary Tanoesoedibjo juga ditunjuk sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Hanura dalam Pemilihan Legislatif 2014. Namun, perolehan suara Partai Hanura tidak signifikan karena hanya ada di kisaran lima persen menurut hitung cepat yang dilakukan berbagai lembaga.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Hanura Kristiawanto menyarankan agar Hary Tanoesoedibjo mundur sebagai Ketua Bappilu karena dinilai gagal memenangkan partainya pada pemilihan legislatif.
"Penghitungan suara menunjukkan suara Hanura belum cukup untuk mengusung calon presiden karena kegagalan Bappilu yang diketuai Hary Tanoe. Kalau perlu, dia mundur dan kembali menjadi pengusaha," kata Kristiawanto.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014