Diperkirakan sekitar 80 persen bahan baku rotan yang digunakan oleh industri di seluruh dunia setiap tahunnya berasal dari Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjembatani interaksi antara produsen rotan mentah dan setengah jadi dengan industri pengolahan lanjutan untuk mendorong kinerja pengelolaan rotan nasional.

Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan KLHK Ristianto Pribadi menjelaskan bahwa industri rotan di Indonesia merupakan salah satu industri hasil hutan bukan kayu yang potensial berkelanjutan, mengingat ketersediaan bahan baku rotan di dalam negeri yang cukup besar

"Diperkirakan sekitar 80 persen bahan baku rotan yang digunakan oleh industri di seluruh dunia setiap tahunnya berasal dari Indonesia," katanya melalui keterangannya di Jakarta, Sabtu.

Rotan, lanjutnya, adalah bahan baku industri yang berasal dari dalam dan di sekitar kawasan hutan yang bisa terurai, sehingga produk olahan yang dihasilkan dari rotan tergolong ramah terhadap lingkungan.

Industri pengolahan rotan dan produk-produk olahannya menjadi salah satu komoditas perdagangan yang sangat penting bagi Indonesia. Peredaran produksi hasil hutan rotan tahun 2023 didominasi berasal dari Provinsi Sumatera Barat (48,19 persen), Sulawesi Tengah (22,92 persen), Aceh (15,81 persen) dan Kalimantan Tengah (1,63 persen).

Dalam dua tahun terakhir, kinerja ekspor produk berbahan baku rotan mengalami penurunan sebesar 54,92% yang semula 64.980 Ton pada tahun 2021 menjadi 35.690 Ton pada tahun 2023.

Penurunan ini, kata Ristianto saat Pembukaan Temu Usaha Pengolahan Hasil Hutan Rotan di Cirebon, Jawa Barat, Jumat, (6/9) juga berdampak kepada produksi rotan mentah dan rotan setengah jadi yang pasarnya bergantung kepada industri lanjutan pengolahan produk berbahan baku rotan.

Di sisi lain, industri pengolahan rotan di negara pesaing Indonesia seperti Tiongkok, Vietnam, Malaysia dan Filipina sudah bangkit dan berkembang. Selain itu produk olahan dari rotan sintetis semakin memperburuk produksi rotan di Indonesia.

Oleh karena itu, lanjutnya, pihaknya menggelar Temu Usaha Pengolahan Hasil Hutan Rotan untuk menjembatani dan membuka peluang interaksi antara Produsen rotan mentah dan setengah jadi dengan industri lanjutan berbahan baku rotan.

Pada pertemuan ini juga akan dibahas isu-isu strategis yang dihadapi oleh industri pengolahan rotan baik industri hulu maupun hilir, terutama untuk merumuskan langkah-langkah konkrit menciptakan pasar dan efisiensi pengelolaan hulu-hilir rotan dalam meningkatkan kinerja dan keberlanjutan pengelolaan rotan secara nasional.

"Melalui temu usaha ini diharapkan akan diperoleh masukan atas permasalahan yang dihadapi industri hulu-hilir rotan, membangun sinergi dan kolaborasi antara pemangku kepentingan hulu dan hilir serta mampu merumuskan rekomendasi kebijakan dan tindakan konkret untuk memfasilitasi peningkatan kinerja industri pengolahan rotan terutama tata kelola pengolahan rotan," kata Tito panggilan akrab Ristianto.

Temu Usaha Pengolahan Hasil Hutan Rotan ini turut dihadiri perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas-dinas terkait, Asosiasi Pengusaha Rotan Indonesia (APRI), Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) serta Perkumpulan Petani, Pedagang, dan Industri Rotan Kalimantan (PEPPIRKA).

Baca juga: Kemenperin siap fasilitasi pengembangan rotan untuk kebutuhan medis
Baca juga: Kemenperin sebut Indonesia jadi eksportir rotan olahan terbesar dunia

Pewarta: Subagyo
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024