Surabaya (ANTARA News) - Tim pemeriksa TNI AL menemukan adanya kejanggalan dari kasus perampokan tempat penukaran uang (money changer) "Dirgahayu Valuta Prima" di terminal internasional Bandara Juanda, Surabaya, Selasa sekitar pukul 13.30 WIB.
"Setelah kami `cross ceck` ke `counter` di kiri-kanannya, ternyata tidak ada yang tahu adanya perampokan itu. Kan aneh, wong di depannya ada counter Imigrasi dan counter lainnya yang saat itu masih banyak orang," kata Kadispen Koarmatim, Letkol Laut (KH) Drs Toni Syaiful kepada ANTARA di Surabaya, Selasa malam.
Menurut dia, tim pemeriksan gabungan dari Pangkalan Udara TNI AL (Lanudal) Juanda, Polisi Militer TNI AL (Pomal) dan intelijen menerima pengakuan bahwa saat kejadian, korban (I Wayan Murdana) diikat oleh perampok.
"Tapi kalau diikat kok tidak berteriak sehingga diketahui oleh petugas di counter kanan-kirinya. Selain itu, orang kalau mau merampok di sana berfikir seribu kali, karena ketatnya penjagaan di pintu masuk bandara. Kalau masuk ke lokasi counter itu orang harus punya ID card atau tiket," ujarnya.
Dikatakannya, saat ini tim pemeriksa TNI AL masih mendalami pengakuan dari korban yang diduga memiliki masalah utang dengan perusahaan tempatnya bekerja. Kemungkinan untuk mendapatkan uang itu, korban mengaku dirampok.
"Saya tadi sempat menghubungi perwira operasi Lanudal Juanda yang menginformasikan bahwa sekarang korban masih tampak stres. Kami terus berupaya mengorek keterangan dari korban, bagaimana sebenarnya yang terjadi," ujarnya.
Mengenai wewenang TNI AL menangani masalah perampokan yang merupakan kewajiban polisi, Kadispen mengatakan, bahwa siapapun berhak menangkap "basah" pelaku perampokan kemudian meminta keterangan korban, sebelum masalahnya ditangani polisi.
"Sama dengan kalau ada perampokan atau pencurian di plasa, yang menangani pertama kali kan Satpam yang menangkap perampok itu. Masalah ini nanti pasti kami serahkan ke polisi," katanya.
Ia membantah pengakuan beberapa perwira polisi yang menyebutkan pihaknya tidak bisa masuk ke Lanudal untuk melakukan olah TKP dari kasus tersebut.
"Saya dengar polisi juga ada di sana untuk melakukan pendalaman terhadap masalah ini," katanya.
Informasinya, aksi perampokan itu terjadi sekitar pkl 13:30 WIB. Seorang karyawan penukaran uang, Wayan Murdana, mengaku ditodong pisau lalu kaki dan tangan diikat serta mulut dibekap dua orang perampok.
Setelah melumpuhkan karyawan, pelaku yang berjumlah dua orang mengambil seluruh uang tunai di brankas yakni Rp100 juta dan 20.000 dollar AS atau ditaksir keseluruhan sekitar Rp380 juta.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006