Presiden Azerbaijan itu menyampaikan optimismenya terhadap prospek damai di Kaukasus Selatan.
"Perkembangan terkini dalam negosiasi antara Azerbaijan dan Armenia menunjukkan bahwa kami berada di jalur menuju perdamaian. Kami secara aktif melanjutkan diskusi, dan hampir 80 persen teks perjanjian damai sudah disetujui," katanya.
Presiden Azerbaijan itu juga menyoroti bahwa Baku dan Yerevan telah memulai proses penetapan batas perbatasan.
"Dan bukan hanya delimitasi, tetapi juga demarkasi. Meskipun ini merupakan langkah awal yang kecil - baru 13 kilometer bagian dari perbatasan kita, yang membentang lebih dari seribu kilometer, yang telah disepakati - ini merupakan langkah ke arah yang benar," tegasnya.
Aliyev berharap inisiatif Azerbaijan untuk memulai perundingan damai pada akhirnya akan berujung pada penandatanganan perjanjian damai, yang ia yakini "akan menjadi hal penting, bukan hanya bagi Kaukasus Selatan, tetapi juga bagi seluruh dunia."
Hubungan Baku dan Yerevan menjadi tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Karabakh, sebuah wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan.
Sebagian besar wilayah tersebut dibebaskan oleh Azerbaijan selama perang yang berlangsung selama 44 hari pada musim gugur 2020. Perang tersebut berakhir setelah kesepakatan damai yang ditengahi Rusia sehingga memungkinkan normalisasi dan penetapan perbatasan mereka.
Pada September lalu, Azerbaijan telah mengamankan kendali penuh atas Karabakh setelah operasi militer yang berhasil menumpas perlawanan separatis di wilayah itu.
Sumber: Anadolu-OANA
Baca juga: Menlu AS, Armenia, Azerbaijan bertemu trilateral di sela KTT NATO
Baca juga: Armenia kembalikan 2,5 desa ke Azerbaijan
Penerjemah: Katriana
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2024