Jakarta (ANTARA) - ​​​​​​Seniman batik Indonesia Dave Tjoa menjabarkan beberapa tips untuk mengenalkan batik tulis tradisional supaya digemari hingga tumbuh rasa memiliki dalam diri anak para generasi Z - Alpha.

"Berbicara batik dengan generasi anak - anak generasi saat ini tidak mudah tapi ada tips dan trik pendekatannya," kata Dave Tjoa, saat ditemui usai acara temu wicara Merdeka Berkarya - Pameran Batik "Kukila Khatulistiwa" di Gedung Antara Heritage Center, Pasar Baru, Jakarta, Jumat.

Dia menjelaskan untuk mengenalkan batik kepada anak dari generasi Z (tahun kelahiran 1996-2010) dan Alpha (tahun kelahiran >2010) pertama dimulai dari orang tua.

Misalnya dicontohkan seperti dengan meluangkan waktu mengajak anak mengunjungi pameran, galeri, pusat pembuatan batik atau sederhananya membiasakan anak memakai atau melihat batik yang ada di rumah.

"Biarkan mereka memilih warna dan motif batik tulis apa yang mereka sukai," kata dia.

Baca juga: "Kukila Khatulistiwa" kenalkan batik sebagai perjuangan kaum perempuan

Berdasarkan pengalaman yang didapatkannya sebagai desainer dan pengajar wastra batik, Dave mengaku generasi saat ini biasanya lebih tertarik pada warna lembut yang sejenis seperti monokrom atau pastel, dan motif sederhana bercorak tidak padat.

Ia menilai dengan begitu anak remaja bisa leluasa memadukan batik tradisional pilihan mereka dengan setelan jaket atau celana jeans, sepatu sneakers atau bot sebagaimana tren fesyen saat ini.

"Mereka akan terbiasa asalkan jangan dipaksakan dengan (batik) motif lawas, sehingga bagi mereka batik tidak 'membosankan'. Baru kemudian kita lihat cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya sehingga dia akan mencari yang lebih khas lagi," ujarnya.

"Kukila Khatulistiwa" merupakan pameran wastra yang digelar oleh seniman batik Indonesia, Dave Tjoa, bersama Galeri Foto Jurnalistik Antara di Gedung Antara Heritage Center, Pasar Baru, Jakarta, pada 31 Agustus - 10 September 2024.

Pada Minggu (8/9) nanti pihaknya akan mengundang secara khusus sebanyak 50 siswa berprestasi Indonesia yang akan menempuh pendidikan ke luar negeri, untuk dikenalkan lebih jauh tentang batik.

"Dari situ diharapkan batik sebagai seni kekayaan budaya Indonesia itu bisa mereka promosikan ke mancanegara," kata Dave.


Baca juga: Tren batik kontemporer di tengah kalangan muda

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024