Jakarta (ANTARA News) - Komisi VII DPR RI meminta Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) mempercepat pemanfaatan energi nuklir untuk reaktor energi serta meningkatkan sosialisasinya. Ketua Komisi VII DPR RI, Agusman Effendi yang dihubungi di Jakarta, Selasa, menegaskan, pada dasarnya DPR sudah memberi lampu hijau tentang dimulainya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Indonesia yang bakal beroperasi pada 2016 pada pertemuan dengan jajaran Kementerian Riset dan Teknologi. Pada 2004 diakuinya, DPR masih meminta KRT mempertimbangkan dengan seksama dampak lingkungan dari pengembangan teknologi nuklir melalui PLTN tersebut dan pada 2005 DPR meminta KRT mengkaji implementasinya secara mendalam. "Soal itu kami sudah membahasnya dalam Kebijakan Energi Nasional sampai 2020 yang didalamnya pemerintah sudah memasukkan pembangunan PLTN dalam sistem 2016/2017," katanya. DPR juga meminta dilakukan berbagai studi untuk pemanfaatan uranium alam Indonesia dan studi limbah nuklirnya, serta penyiapan SDM yang berkompeten untuk operasionalisasi PLTN. Sementara itu, Menristek dalam jawaban tertulisnya mengatakan, Perpres no 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional telah menetapkan opsi nuklir masuk sebagai salah satu pilihan energi di Indonesia dan menurut kajian akan beroperasi di jaringan Jawa-Madura-Bali pada 2016/2017. "Karena itu, pembangunan fisik PLTN pertama ini paling lambat harus sudah dimulai pada 2010/2011, sehingga tender sudah harus dilakukan pada 2008," kata Menristek Kusmayanto Kadiman. Pihaknya juga sudah menyelesaikan studi kelayakan PLTN termasuk studi lingkungannya di Semenanjung Muria Jawa Tengah pada 1996 seperti studi Amdal yang diharapkan selesai pada 2007. Aspek geopolitik telah diantisipasi dengan meratifikasi traktat dan konvensi internasional di bidang ketenaganukliran seperti, NPT (non proliferasi), proteksi fisik, keselamatan nuklir, Third Party Liability dan lain-lain sehingga Indonesia memiliki posisi kuat dalam pengembangan nuklir di lingkup internasional. Ia juga menekankan, teknologi keselamatan nuklir sudah sangat berbeda dengan beberapa dekade lalu seperti masalah kebocoran, pengolahan limbah radioaktif, dan kecelakaan nuklir telah dapat dihindarkan secara signifikan. Dalam hal pemanfaatan uranium di Indonesia, ia mengatakan, masih lebih ekonomis dengan memanfaatkan pasokan dunia yang masih akan kondusif dalam beberapa dekade ke depan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006