Jakarta (ANTARA) - Pameran "Kukila Khatulistiwa" mengenalkan batik bukan hanya tentang keindahan visual atau tren fesyen, tapi juga sebagai simbol kerasnya perjuangan kaum perempuan Nusantara pada masa lampau.
"Kukila Khatulistiwa" merupakan pameran wastra yang digelar oleh seniman batik Indonesia, Dave Tjoa, bersama Galeri Foto Jurnalistik Antara di Gedung Antara Heritage Center, Pasar Baru, Jakarta, pada 31 Agustus sampai 10 September 2024.
Dave Tjoa, dalam temu wicara bertema Merdeka Berkarya - Pameran Batik "Kukila Khatulistiwa", Jumat, mengatakan simbol perjuangan perempuan itu salah satunya terkandung dalam batik selendang lasem yang berasal dari Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Menurut dia, batik selendang lasem memiliki ciri khas motif yang unik, warna yang kaya, dan detail yang halus.
Adapun motif-motif yang umum ditemukan pada batik selendang lasem adalah gambar alam, binatang, dan elemen-elemen tradisional hasil akulturasi budaya Tiongkok-Jawa. Hal ini tidak lepas dari sejarah Kecamatan Lasem pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20 sebagai tempat persinggahan etnis Tionghoa.
Namun, ia mengungkapkan bahwa belum banyak yang tahu kalau batik selendang lasem dalam sejarahnya bukan dibuat untuk fesyen, tapi sebagai alat bantu pekerjaan seperti mengangkat bakul hasil ladang, dan semua pembuatnya adalah kaum perempuan.
"Saya menyelami kesusahan mereka di masa lalu, luar biasa, sungguh tidak mudah butuh pengorbanan, kita harus acungkan jempol. Belum tentu para perempuan itu bersekolah, tapi tangan terampilnya, imajinasinya menciptakan seni wastra nan indah. Maka melestarikan batik satu sisi penghargaan untuk perajin, mereka empowering women," kata dia.
Dave mengajak semua pihak untuk terus berusaha mengenalkan seni batik tradisional ke segala penjuru baik domestik ataupun mancanegara sehingga dapat dikenal luas dan nilai-nilai budaya nusantara yang melekat di dalamnya tak punah termakan zaman.
Ia mengungkapkan bahwa para perajin atau pelaku UMKM batik tradisional sangat membutuhkan dukungan tersebut karena keberadaan bisnis mereka saat ini makin tergerus oleh maraknya industri tekstil dengan teknik batik sablon.
Berbeda dari hari sebelumnya, pada kesempatan ini Pameran Batik "Kukila Khatulistiwa" tidak hanya memamerkan puluhan jenis dan motif batik tradisional, tapi juga kerajinan keramik kontemporer dan temu wicara dari tokoh seni inspiratif.
Kegiatan tersebut diikuti oleh pencinta wastra dari berbagai kalangan usia dan profesi, termasuk kelompok Srikandi BUMN. Selain itu para peserta juga diajak wisata sejarah dengan berkeliling gedung Antara Heritage Center.
Baca juga: Pameran "Kukila Khatulistiwa" tampilkan koleksi batik Dave Tjoa
Baca juga: Perbedaan proses pembuatan batik tulis dan cap
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024