Ambon (ANTARA News) - Kain tradisional basta sejak abad ke-15 sudah menjadi bagian dari tradisi pernikahan bangsawan di Kepulauan Babar, Tanimbar, Maluku Tenggara Barat.
Kepala Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Ambon Stevanus Tiwery mengatakan kain yang bentuknya serupa dengan sari India itu merupakan bagian dari mahar dalam upacara perkawinan bangsawan Babar.
"Di Babar kain itu dikenal dengan nama basta atau koka, dalam struktur sosial masyarakat di sana hanya kaum bangsawan yang menggunakannya sebagai mahar dalam perkawinan dan menjadi penanda status sosial mereka," katanya di Ambon, Minggu.
Ia menjelaskan, penggunaan kain sari sebagai mahar bangsawan Babar dimulai sejak pendudukan Portugis di Banda Naira, Kabupaten Maluku Tengah.
"Kain itu awalnya merupakan hasil barter dengan pedagang Portugis di Kepulauan Banda, tiap jenis ada nama tradisionalnya dalam bahasa Tanimbar," ucapnya.
Basta dikelompokkan ke dalam jenis kok warmer, kok wama dan irilawan berdasarkan motif, ukuran dan ketebalan kain. Kebanyakan orang Babar menggunakan basta dengan motif bulatan-bulatan kecil dan garis-garis geometris yang saling berhubungan untuk mahar.
Selain kain, Stevanus menjelaskan, mahar biasanya juga terdiri atas sepasang anting emas dan gading gajah yang ditaruh di dalam wadah sirih yang disebut tol'a dan kemudian ditempatkan di dalam lumbung di bumbungan rumah.
"Tol'a berisi mahar kawin dari kaum perempuan dalam satu keluarga yang menikah dengan keluarga lainnya, benda ini menjadi pusaka keluarga karena terus digunakan sebagai mahar dalam perkawinan generasi selanjutnya," tuturnya.
Sesuai dengan tradisi daun lolat, lanjut dia, tol'a menjadi pusaka keluarga yang selanjutnya harus dikembalikan kepada keluarga pertama yang memilikinya.
"Misalnya mahar kawin yang diberikan kepada anak perempuan saya digunakan lagi sebagai mahar bagi anak laki-lakinya, suatu saat mahar itu harus kembali lagi kepada anak perempuan saya, caranya keturunan perempuannya harus menikah dengan keluarga yang memegang mahar itu," ucapnya.
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014