Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengatakan peningkatan luasan mangrove Indonesia tidak hanya berdampak kepada lingkungan hidup tapi juga ekonomi.

Membuka sesi diskusi tematik di International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta, Jumat, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves Nani Hendiarti mengatakan berdasarkan data pada 2023 terdapat 3,44 juta hektare ekosistem mangrove tersebar di Indonesia, yang diharapkan dapat meningkat pada tahun ini untuk mencapai jumlah 3,5 juta hektare atau 23 persen dari luas area dunia.

"Ada juga kemampuan sekuestrasi dan juga menyimpan karbon dalam kerimbunannya yang memiliki kemampuan 5 sampai 8 kali kemampuan hutan tropis. Itu berarti Indonesia memiliki potensi nilai ekonomi, yang bisa mencapai lebih dari 900 juta dolar AS," kata Nani.

Tapi di saat bersama, negara-negara yang memiliki pesisir berhadapan dengan ancaman sampah plastik di laut yang tidak hanya mendegradasi kondisi lingkungan hidup, tapi juga mengancam biodiversitas dan berdampak dalam aspek sosial serta ekonomi masyarakat.

Baca juga: Pemprov Jatim tanam 24.000 pohon mangrove di Kabupaten Sampang

Karena itu dia mengajak berbagai pihak untuk berkolaborasi dalam penanganannya dan membantu membentuk strategi untuk merawat ekosistem mangrove di negara masing-masing. Termasuk bergabung dalam Mangrove Alliance for Climate (MAC) yang diluncurkan pada COP27 dan terus didorong pada G20 Bali dan juga COP28.

"MAC juga terus bertumbuh dan per Agustus 2024, kita sudah memiliki 45 negara yang bergabung untuk menjaga mangrove. Jumlah ini akan bertambah seiring dengan peningkatan kesadaran global tentang pentingnya mangrove," demikian Nani Hendiarti.

Baca juga: Jokowi: Hutan bakau RI serap karbon lebih baik dari hutan hujan tropis

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024