Chongqing (ANTARA) - Saat menjelajahi pusat keramaian Kota Chongqing di China barat daya, pengunjung akan merasakan esensi budaya lokal dan pesona kegiatan hiburan, yang semuanya semakin diperkaya oleh interaksi futuristik Realitas Virtual (Virtual Reality/VR) yang membuat sejarah terasa hidup.

Tersembunyi di antara gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di Distrik Yuzhong, terdapat sebuah distrik arsitektur modern yang baru saja direvitalisasi bernama blok Luzumiao.

Di tengah-tengah bangunan beratap genting dan berdinding bata merah, para pengunjung dapat menyelami sejarah kota itu sambil menjelajahi deretan jenis toko yang menawarkan tempat untuk bersantai dan melepas penat.

Blok Luzumiao sudah ada sejak lebih dari satu abad silam. Blok ini lahir ketika para pengrajin berkumpul untuk mendirikan sebuah kuil sebagai penghormatan kepada Lu Ban, seorang pengrajin China yang sangat dihormati, yang kemudian menginspirasi nama blok tersebut.

Selama beberapa dekade, blok ini telah bertransformasi mulai dari "pasar kerajinan" menjadi "pasar buku", dan kemudian menjadi "pasar bunga". Blok ini terus menjadi salah satu arteri paling ramai di Chongqing.

Sejak November 2021, upaya yang cermat untuk meremajakan blok-blok bersejarah di distrik tersebut terus dilakukan, dengan berfokus pada pelestarian makna historis dan fitur-fitur arsitektur.

Inisiatif ini bertujuan untuk memadukan keterikatan emosional penduduk Chongqing terhadap warisan mereka dengan aspirasi kontemporer generasi muda, sehingga menghidupkan kembali bangunan-bangunan kuno di distrik tersebut."

Ye Qian, seorang penduduk setempat, mengunjungi kembali kedai teh bergaya Hong Kong bernama "Uncle" di Luzumiao. Dia berkata, "Ini adalah restoran favorit saya 14 tahun yang lalu. Saya senang melihatnya dibuka kembali. Jalan ini merupakan bagian dari perjalanan harian saya saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Tempat ini kini memancarkan pesona nostalgia dengan energi baru yang semarak."

Jiefangbei, kampung halaman Luzumiao, telah lama melambangkan kemakmuran perkotaan. Di tengah gedung-gedung bertingkat dan pusat perbelanjaan modern, elemen tradisional pernah terabaikan dan tidak mengalami perubahan.

"Jiefangbei adalah perwujudan dari Chongqing, dan kami, sebagai generasi muda, ingin membawa sentuhan khas ke tempat ini," kata Shu Chang, manajer restoran Uncle, yang berkomitmen memberikan vitalitas baru pada lingkungan kuno ini seiring dengan peremajaan kota tersebut.

Selain pembaruan kota yang memadukan tradisi dengan modernitas untuk menciptakan pengalaman konsumen yang baru, teknologi juga memungkinkan kita terlibat secara langsung dengan sejarah dengan cara yang lebih mendalam. Ketika karya klasik mitologi China kuno, "Shan Hai Jing" (Cerita Klasik Pegunungan dan Lautan), dipadukan dengan teknologi mutakhir, maka lahirlah pengalaman yang memikat dan imersif.

Shan Hai Jing, yang berasal dari 2.200 tahun silam, memberikan gambaran budaya dan geografis tentang China sebelum era Dinasti Qin. Buku ini menampilkan geografi, cerita rakyat, serta banyak legenda dan dongeng, dan sering dianggap sebagai sumber utama mitologi China.

Di sebuah pusat perbelanjaan di Distrik Jiangbei di kota tersebut, ruang VR "Hey! Shan Hai Jing" menarik banyak keluarga dan pengunjung. Dengan perangkat jemala (headset) VR yang dirancang khusus, para pengunjung dibawa ke dalam dunia mitologis yang penuh dengan makhluk-makhluk legendaris dan lanskap yang menakjubkan.

Ruang VR yang dirancang oleh perusahaan pariwisata budaya Changjia tersebut mengadopsi delapan teknologi mutakhir, termasuk grafik komputer waktu nyata (real-time rendering), tangkap gerak (motion capture), pelacakan mata (eye tracking), dan audio spasial. Di dalam zona pengalaman imersif seluas 300 meter persegi, pengunjung dapat mengamati dari dekat 10 binatang mitologis utama dari Shan Hai Jing.

"Ruang VR seperti ini memberikan pengalaman yang lebih imersif, lengkap dengan elemen interaktif, yang sangat membantu anak-anak dalam memahami cerita-cerita ini," kata Nie Shujian, orang tua yang membawa anaknya ke tempat atraksi tersebut.

Perusahaan pariwisata budaya Changjia sedang aktif mengembangkan proyek pariwisata budaya digital perkotaan, dengan menawarkan pengalaman yang inovatif dalam menikmati sejumlah kekayaan intelektual sejarah yang terkenal. Selain proyek "Shan Hai Jing", mereka juga mengembangkan proyek berdasarkan situs Sanxingdui di provinsi tetangganya, Sichuan, yang menarik sekitar 400 pengunjung setiap hari.

Pada Juli 2021, China menyetujui Shanghai, Beijing, Guangzhou, Tianjin, dan Chongqing untuk menjadi pelopor dalam pengembangan kota pusat konsumsi internasional.

Dalam beberapa tahun terakhir, Chongqing meningkatkan pengalaman konsumennya lewat model bisnis yang inovatif, evolusi cepat dari penawaran pengalaman yang melibatkan interaksi langsung, dan berbagai aktivitas menarik yang berkembang pesat.

Dari Juli hingga Agustus tahun ini, yang juga merupakan musim puncak pariwisata lokal, Chongqing menerima sekitar 83,2 juta pengunjung, naik 15,3 persen secara tahunan (year on year/yoy). Selama periode tersebut, para wisatawan membelanjakan hampir 90 miliar yuan (1 yuan = Rp2.177) atau sekitar 12,68 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.490), naik 13,5 persen (yoy), menurut otoritas setempat.




 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024