Jakarta (ANTARA) - Platform pesan instan, Telegram, terlihat bakal mulai melakukan moderasi "chat" sebagai bagian kebijakannya sebagai tindak lanjut setelah CEO-nya Pavel Durov pada bulan lalu ditangkap oleh pihak berwenang di Perancis.

Hal itu terlihat dari langkah perusahaan yang memperbarui halaman FAQ-nya dengan diam-diam menghapus pernyataan yang mengatakan obrolan pribadi dilindungi dari permintaan moderasi.

Dalam laporan The Verge, Jumat, perubahan itu rupanya terjadi hampir dua minggu setelah CEO Pavel Durov ditangkap di Prancis karena dugaan bahwa ia telah mengizinkan "kegiatan kriminal" untuk terus beroperasi pada aplikasi pesan karena tidak melakukan moderasi.

Sebelumnya hari ini, Durov mengeluarkan pernyataan publik pertamanya sejak penangkapannya.

Baca juga: CEO Telegram Durov tinggalkan pengadilan Paris setelah bebas penahanan

Baca juga: Pendiri Telegram hadapi dakwaan atas dugaan aktivitas kriminal


Ia berjanji untuk memoderasi konten lebih banyak di platform - perubahan nada yang nyata setelah perusahaan awalnya mengatakan dia tidak perlu bersembunyi.

"Peningkatan mendadak Telegram dalam jumlah pengguna menjadi 950M menyebabkan rasa sakit yang semakin besar yang memudahkan penjahat untuk menyalahgunakan platform kami," ungkap Pavel dalam pernyataan yang dibagikan pada hari Kamis (5/9).

"Itu sebabnya saya menjadikannya tujuan pribadi untuk memastikan kami secara signifikan meningkatkan hal-hal dalam hal ini (moderasi konten). Kami sudah memulai proses itu secara internal, dan saya akan berbagi lebih banyak detail tentang kemajuan kami dengan pengguna, segera. "

Beberapa perubahan tersebut tampaknya sudah mulai berlaku terlihat dari halaman FAQ perusahaan yang telah berubah dalam 24 jam terakhir.

Salah satu perubahannya terlihat dengan penambahan pertanyaan yang bertajuk, "Ada konten ilegal di Telegram. Bagaimana cara menurunkannya?"

Pada tanggal 5 September, tanggapan Telegram terhadap pertanyaan tersebut berbunyi: "Semua obrolan Telegram dan obrolan grup bersifat pribadi di antara peserta mereka. Kami tidak memproses permintaan apa pun yang terkait dengan mereka. "

Namun setelah merilis sang CEO merilis pernyataan, kalimat-kalimat itu telah dihapus.

Sebagai gantinya, mereka telah diganti dengan pernyataan lain ,"Semua aplikasi Telegram memiliki tombol 'Laporkan' yang memungkinkan pengguna menandai konten ilegal untuk moderator kami - hanya dalam beberapa ketukan,".

Baca juga: Prancis buru Nikolai, kakak pendiri Telegram Pavel Durov

Hal ini seolah menegaskan Telegram ingin melakukan moderasi pada konten-kontennya.

Sebelumnya, pada Sabtu malam (24/8) CEO Telegram Pavel Durov dilaporkan ditangkap dan ditahan oleh otoritas keamanan Prancis di dekat Paris, ketika ia hendak keluar dari jet pribadinya di Bandara Le Bourget.

Ia ditangkap setelah tiba dari Azerbaijan dan penangkapannya dilakukan otoritas setempat setelah otoritas keamanan berwenang OFMIN mengeluarkan perintah penggeledahan kepada Pavel.

Pavel dinilai otoritas keamanan Prancis abai dan tidak memperhatikan moderasi platform di layanannya yang memungkinkan aktivitas kriminal untuk terus terpengaruh pada aplikasi perpesanan.

Lalu pada Kamis (29/8) Pavel Durov disebut meninggalkan pengadilan di Paris setelah dibebaskan dari tahanan, demikian dilaporkan seorang koresponden RIA Novosti dari lokasi pengadilan.

Durov menghabiskan lebih dari delapan jam di pengadilan, setelah itu Kantor Kejaksaan Paris mengumumkan kemungkinan pembebasannya dengan jaminan.

Kantor Kejaksaan Paris pada Rabu menyatakan bahwa Durov ditempatkan di bawah pengawasan yudisial, dilarang meninggalkan Prancis, dan diwajibkan membayar jaminan sebesar 5 juta euro (5,5 juta dolar AS atau sekitar Rp84,8 miliar).

Baca juga: Profil-Pavel Durov: Pendiri dan CEO Telegram dengan 4 kewarganegaraan

Baca juga: Penahanan CEO Telegram Durov bisa menjadi kasus Assange kedua    

Penerjemah: Livia Kristianti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024