Dengan dukungan jaringan global yang luas ini, kolaborasi ini akan membuka potensi besar rumput laut Indonesia, yang memiliki keragaman rumput laut tropis terbesar di dunia
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menandatangani nota kesepahaman dengan UN Global Compact Network Indonesia (IGCN) di sela-sela Indonesia International Sustainability Forum 2024 di Jakarta, Jumat, dalam upaya mempercepat pengembangan International Tropical Seaweed Research Center (ITSRC).

Kolaborasi ini merupakan langkah strategis untuk mengembangkan ITSRC sebagai pusat unggulan riset rumput laut tropis di Indonesia, demikian dikutip dari siaran pers Kemenko Marves.

Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves, Firman Hidayat, menyatakan bahwa kerja sama ini merupakan tonggak penting dalam upaya pengembangan sektor kelautan Indonesia.

“Dengan dukungan jaringan global yang luas ini, kolaborasi ini akan membuka potensi besar rumput laut Indonesia, yang memiliki keragaman rumput laut tropis terbesar di dunia,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa pemerintah Indonesia akan terus bekerja sama untuk mendorong pertumbuhan rumput laut Indonesia sebagai komoditas unggulan masa depan.

Kerja sama akan melibatkan lebih banyak pakar, lembaga penelitian nasional, serta pengembangan kemitraan dengan sektor swasta dan industri, untuk memastikan bahwa kolaborasi tersebut terintegrasi sepenuhnya dari hulu ke hilir.

Dalam paparannya, Firman mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam budidaya rumput laut, tetapi baru memanfaatkan sebagian kecil dari area yang ada. Padahal, rumput laut memiliki nilai tambah yang tinggi, seperti untuk produksi bioplastik dan bahan bakar nabati.

“Kita adalah produsen rumput laut kedua terbesar di dunia, kita punya area yang sangat luas yang cocok untuk budidaya rumput laut, tetapi kita baru memanfaatkan 1 persen dari area tersebut,” ujar Firman.

Produksi rumput laut Indonesia masih belum optimal. Saat ini budidaya rumput laut baru mencapai 102 ribu ha atau 0,8 persennya saja. Lebih dari 60 persen ekspor rumput laut masih dalam bentuk mentah atau rumput laut kering, dengan hilirisasi yang terbatas.

Ia menuturkan kontribusi sektor maritim terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional saat ini hanya 7,9 persen. Indonesia menargetkan dapat meningkatkan kontribusi ini menjadi 15 persen pada 2045.

Pertumbuhan sektor kemaritiman dalam lima tahun terakhir juga tak signifikan, hanya sekitar 2 persen, padahal pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil di kisaran 5 persen selama dua dekade terakhir.

Pada acara yang sama, dilaksanakan juga penandatanganan surat pernyataan minat (letter of intent) Kadin Indonesia untuk berkolaborasi dengan Konservasi Indonesia dalam program Blue Halo S guna mendorong pengembangan ekonomi biru berkelanjutan di Indonesia.

Blue Halo S adalah sebuah program kolaborasi antara Konservasi Indonesia dan berbagai mitra untuk mendorong pengembangan ekonomi biru yang berkelanjutan di Indonesia. Program ini bertujuan untuk menyeimbangkan aspek konservasi lingkungan laut dengan aspek ekonomi, sehingga dapat menghasilkan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungan.

Baca juga: KKP hadirkan beberapa strategi tingkatkan komoditas rumput laut
Baca juga: KKP sediakan bibit dukung pengembangan rumput laut di NTT
Baca juga: Unpatti-Yayasan SIT kerja sama pengembangan budidaya rumput laut

 

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024