Istanbul (ANTARA) - Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan bahwa pekan lalu merupakan pekan paling mematikan bagi warga sipil Palestina di Tepi Barat sejak November 2023.

“Pekan lalu merupakan pekan paling mematikan bagi warga sipil Palestina di Tepi Barat sejak November tahun lalu. Banyak orang tewas, termasuk 7 anak-anak. Ini tidak dapat diterima. Ini harus dihentikan sekarang,” kata UNRWA dalam sebuah unggahan di platform media sosial X, Kamis (5/9).

Badan PBB itu menyoroti kekerasan dan kehancuran di Tepi Barat yang meningkat setiap jam seiring berkecamuknya perang di Gaza.

Tentara Israel meluncurkan operasi militer besar-besaran di Tepi Barat pada 28 Agustus yang digambarkan sebagai yang paling luas sejak 2002.

Memfokuskan serangannya pada Jenin, Tulkarem, dan kamp pengungsi Al-Fara dekat Tubas, operasi tersebut mengakibatkan kematian 39 warga Palestina, melukai 150 orang, dan penangkapan puluhan orang, menurut sumber Palestina.

Ketegangan semakin meningkat di seluruh Tepi Barat yang diduduki seiring dengan Israel yang terus melancarkan serangan brutal Israel di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 40.800 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober tahun lalu.

Setidaknya 691 orang telah tewas dan lebih dari 5.700 orang terluka akibat tembakan Israel di Tepi Barat, menurut Kementerian Kesehatan setempat.

Peningkatan kekerasan terjadi menyusul pendapat penting dari Pengadilan Internasional pada 19 Juli yang menyatakan pendudukan Israel yang telah berlangsung selama puluhan tahun atas tanah Palestina adalah ilegal dan menuntut pengosongan semua pemukiman ilegal itu di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Sumber : Anadolu

Baca juga: Pelapor PBB : Strategi Eliminasi Israel targetkan Gaza dan Tepi Barat
Baca juga: Mesir kecam kebijakan 'bumi hangus' Israel di wilayah Tepi Barat


Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024