Beijing (ANTARA) - China terus mencatatkan peningkatan kualitas udara yang stabil dalam satu dekade terakhir, dengan densitas PM 2,5, yang merupakan indikator utama polusi udara, turun 54 persen dari tahun 2013 hingga 2023, ungkap pihak berwenang pada Kamis (5/9).
Dalam satu dekade terakhir, jumlah hari dengan polusi udara berat juga telah berkurang lebih dari 80 persen, dan pada 2023, densitas PM 2,5 rata-rata di China sebesar 30 mikrogram per meter kubik, urai Kementerian Ekologi dan Lingkungan Hidup China dalam sebuah kegiatan tematik Hari Udara Bersih Internasional untuk Langit Biru (International Day of Clean Air for Blue Skies) yang diselenggarakan oleh Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Environment Programme/UNEP) Kantor China.
Pada 2019, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations General Assembly/UNGA) mengadopsi sebuah resolusi untuk menetapkan 7 September sebagai Hari Udara Bersih Internasional untuk Langit Biru, yang diperingati mulai 2020. Penetapan ini mengakui adanya kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kesadaran publik di semua tingkatan serta mendorong dan memfasilitasi berbagai aksi guna meningkatkan kualitas udara.
Pemerintah pusat China menginvestasikan lebih dari 30 miliar yuan (1 yuan = Rp2.177) atau sekitar 4,23 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.490) untuk pencegahan dan pengendalian polusi udara setiap tahunnya, dengan nilai investasi kumulatif dalam beberapa tahun terakhir melampaui 200 miliar yuan, sehingga mendorong jumlah investasi seluruh masyarakat mencapai 1 triliun yuan, papar Li Wei, seorang pejabat dari Kementerian Ekologi dan Lingkungan Hidup China.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024