Konflik buaya dengan manusia akhir-akhir ini meningkat karena habitat buaya terganggu akibat penambangan timah ilegal semakin masif
Pangkalpinang (ANTARA) - Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi menyatakan penambangan bijih timah ilegal di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) yang semakin masif memicu kasus konflik buaya dengan masyarakat di daerah itu.
"Konflik buaya dengan manusia akhir-akhir ini meningkat karena habitat buaya terganggu akibat penambangan timah ilegal semakin masif," kata Manager PPS Alobi, Endy M Yusuf di Pangkalpinang, Jumat.
Ia mengatakan saat ini PPS Alobi bekerja sama dengan PT Timah Tbk merehabilitasi 20 buaya yang berkonflik dengan masyarakat di Kampung Reklamasi PT Timah di Desa Air Jangkang, Bangka, guna melindungi satwa berkonflik tersebut dari kematian.
"Konflik antara buaya dan manusia ini telah menyebabkan beberapa warga meninggal dunia. Demikian juga buaya yang ditangkap masyarakat juga mati karena terkena pancing dan lainnya," kata Endy.
Baca juga: 40 warga Babel tewas diserang buaya dalam lima tahun terakhir
Menurut pengamatannya, habitat buaya yang umumnya berada di sungai saat ini sudah banyak ditambang oleh tambang ilegal, sehingga buaya mencari tempat baru atau mendatangi sungai yang biasanya digunakan masyarakat untuk beraktivitas.
"Penambangan ilegal bukan hanya merusak sungai seperti pencemaran, tetapi menyebabkan kerusakan ekosistem yang berpengaruh terhadap ekologi yang ada. Buaya menyerang buas bukan hanya karena lapar, tapi juga untuk melindungi diri," ujarnya.
Ia berharap semua pihak dapat bersama-sama untuk menjaga ekosistem satwa liar. Keberadaan satwa liar sangat penting untuk keberlangsungan ekosistem.
Baca juga: Babel tertibkan 300 tambang timah ilegal di Laut Beriga
"Pertambangan timah harus dikelola dengan baik, kalau dilakukan secara ilegal tidak ada yang bertanggung jawab atas kerusakan lingkungannya," kata Endy.
Ia menyatakan selama ini PPS Alobi bersama PT Timah secara konsisten melakukan rehabilitasi para satwa liar untuk dilindungi, kemudian juga melepasliarkan mereka ke habitat aslinya.
"Kami berharap perusahaan tambang lainnya juga melaksanakan hal yang serupa, sehingga penambangan timah dapat dilakukan dengan baik dan kami juga mengajak masyarakat untuk tidak merusak ekosistem lingkungan dan melindungi para satwa," katanya.
Baca juga: Kemenko Polhukam mendorong Babel atasi tambang timah ilegal
Pewarta: Aprionis
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024