Musim kemarau memang masih berlangsung hingga saat ini. Namun sejak Rabu (4/9) kemarin terjadi hujan ringan yang bersifat sporadis di sejumlah wilayah Jateng, khususnya bagian selatan
Cilacap (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan hujan dengan intensitas ringan masih berpotensi di wilayah Jawa Tengah (Jateng) bagian selatan dalam beberapa hari ke depan.

"Musim kemarau memang masih berlangsung hingga saat ini. Namun sejak Rabu (4/9) kemarin terjadi hujan ringan yang bersifat sporadis di sejumlah wilayah Jateng, khususnya bagian selatan," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Jumat.

Menurut dia, hujan dengan intensitas ringan yang terjadi sejak Rabu (4/9) bukan sebagai penanda datangnya masa pancaroba atau transisi dari musim kemarau menuju musim hujan. Ia mengatakan jika dilihat dari gradien angin, hingga saat ini masih dominan angin timuran yang erat kaitannya dengan musim kemarau.

Akan tetapi, kata dia, suhu udara pada awal bulan September sudah mulai mengalami peningkatan dibandingkan bulan Agustus. "Namun tanda-tanda masa transisi belum terdeteksi. Potensi masa transisi pada akhir September," katanya.

Baca juga: BMKG prakirakan mayoritas kota besar RI diguyur hujan pada Jumat

Terkait dengan hujan ringan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, dia mengatakan hal itu dipengaruhi oleh adanya Madden Julian Oscillation (MJO), yakni aktivitas intra-seasonal di wilayah tropis yang dapat dikenali berupa adanya pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik yang biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.

Menurut dia, MJO yang saat ini berada pada fase 4 berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

"Kondisi ini diprakirakan masih akan berlangsung hingga pekan depan," katanya.

Baca juga: Cuaca ekstrem, warga Jabar dimbau waspada bencana meski masuk kemarau

Kendati belum ada tanda-tanda datangnya masa transisi, dia mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi bencana yang biasa terjadi saat pancaroba seperti angin puting beliung.

Oleh karena itu, kata dia, pepohonan yang berpotensi tumbang sebaiknya dipangkas untuk mengurangi risiko bencana.

"Bagi warga yang bermukim di daerah rawan longsor, diimbau untuk menutup rekahan tanah yang terjadi akibat kemarau agar tidak berisiko ketika kemasukan air hujan," kata Teguh.

Baca juga: Indonesia dorong penguatan Selatan-Selatan untuk perubahan iklim

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024