Karanganyar, Jawa Tengah (ANTARA) - Dari corong pelantang, seorang perwira TNI Angkatan Udara memperkenalkan jenis-jenis halang rintang yang merupakan menu latihan dasar para prajurit siswa yang menempuh pendidikan di Skadron Pendidikan (Skadik) Pangkalan Udara (Lanud) Adi Soemarmo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

“Ini adalah balok rendah, cara melewatinya lari kecil, lalu melompat kecil untuk melewatinya,” kata Lettu Lek Herry Supriyono kepada 40 lebih peserta warga sipil yang berkesempatan mendapatkan pelatihan halang-rintang dari TNI Angkatan Udara.

Lettu Herry, yang sehari-hari berdinas sebagai Komandan Elemen 1 Flight A Skadik 403 Lanud Adi Soemarmo, kemudian memperkenalkan rintangan lainnya yang semakin sulit untuk dilewati, di antaranya balok jenjang panjatan condong, tembok tinggi, parit dua, jenjang bertingkat, kawat berduri, merayap, jenjang panjatan tegak, dinding betolot, jembatan goyang, kandang gajah, parit lebar, dan terakhir tali ayunan.

Para peserta, setelah memperhatikan instruksi pelatih, pun mencoba melewati rintangan-rintangan itu. Beberapa dari mereka ada yang dapat melewati satu per satu rintangan tersebut, tetapi tak sedikit pula yang kesulitan bahkan sampai terjungkal.
Komandan Elemen 1 Flight A Skadik 403 Lanud Adi Soemarmo Lettu Lek Herry Supriyono memberikan instruksi kepada para peserta latihan halang-rintang di Kompleks Skadron Pendidikan Lanud Adi Soemarmo, Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis (5/9/2024). ANTARA/Genta Tenri Mawangi.


Achmet Fardiansyah, yang sehari-hari bekerja sebagai jurnalis, pun mengaku tak mudah melewati rintangan-rintangan yang merupakan menu latihan ketangkasan prajurit TNI AU. “Tadi saya lihat awalnya mudah, tetapi ternyata butuh posisi tubuh yang tepat untuk mendarat, karena jika salah dapat berisiko cedera,” kata Achmet saat ditemui selepas mengikuti latihan halang-rintang itu.

Achmet sempat tak memperhatikan dengan baik instruksi pelatih, termasuk posisi tubuh saat hendak turun dari ketinggian. Alhasil, dia pun terjungkal saat turun dari rintangan parit.

Untuk mengurangi risiko cedera, pelatih sebelum kegiatan memperlihatkan kepada peserta tubuh yang tepat untuk turun dari atas ketinggian, yaitu merentangkan satu kaki sambil menurunkan tubuh seperti hendak berjongkok lalu melompat ke bawah. Alhasil saat turun, para peserta dapat turun dengan aman di atas landasan pasir.
Beberapa peserta latihan halang-rintang mencoba melewati rintangan tembok tinggi di Kompleks Skadron Pendidikan Lanud Adi Soemarmo, Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis (5/9/2024). ANTARA/Genta Tenri Mawangi.


Olive Ferari, yang merupakan salah seorang peserta perempuan, juga mengakui latihan ketangkasan prajurit itu tak mudah untuk dilewati. Dia pun kemudian mulai memahami betapa kerasnya gemblengan yang diterima para prajurit siswa sebelum akhirnya mereka berdinas di satuan.

“Ternyata benar-benar keras latihan prajurit. Saya ini langsung pegal-pegal kaki dan tangan setelah ikut tadi, apalagi untuk melewati rintangan kawat berduri. Harus benar-benar merayap dan semua anggota tubuh bergerak agar tidak kena kawat,” kata Olive.


Modal ketangkasan prajurit

Lettu Herry, saat ditemui selepas latihan, menjelaskan latihan halang-rintang itu melatih sekaligus menguji ketangkasan, kelincahan, dan kemahiran prajurit dalam menghadapi wilayah yang ekstrem, misalnya yang mengharuskan mereka untuk memanjat atau lompat dari ketinggian.

Oleh karena itu, latihan ketangkasan halang rintang tak terbatas hanya untuk prajurit siswa, tetapi juga dapat menjadi menu latihan pratugas prajurit yang bakal dikirim ke daerah-daerah operasi.

“Materi halang rintang ini dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan,” kata Herry.

Pada tahap awal prajurit menjalani latihan itu tanpa harus membawa beban, tetapi setelahnya mereka harus melewati rintangan dengan mengenakan seragam lengkap, memanggul senjata, dan membawa ransel yang berisi perlengkapan tugas.

“Untuk seorang prajurit, bobot yang mereka bawa kira-kira seberat 10 kilogram. Itu terdiri atas senjata yang bobotnya bisa 3,5 kilogram, kemudian ransel di punggung bisa 5 kilogram, kemudian ada seragam PDL lengkap, sepatu lars, helm,” kata Herry.
Beberapa peserta latihan halang-rintang mencoba melewati rintangan kawat berduri di Kompleks Skadron Pendidikan Lanud Adi Soemarmo, Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis (5/9/2024). ANTARA/Genta Tenri Mawangi.


Rata-rata waktu yang dibutuhkan prajurit terlatih untuk melewati 20 halangan dan rintangan sepanjang 400 meter dengan berlari itu kurang lebih 2 menit, Herry menambahkan.

Sementara, untuk rombongan warga sipil yang dibawa oleh Dinas Penerangan TNI AU ke Kompleks Skadik 403 Lanud Adi Soemarmo minggu ini, waktu yang dibutuhkan hampir mencapai 1 jam untuk melewati seluruh halang-rintang yang ada.


Kawah candradimuka prajurit

Lanud Adi Soemarmo yang berada di wilayah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di Jawa Tengah menjadi kawah candradimuka untuk menempa para tamtama, bintara, prajurit wanita TNI AU yang disebut juga Wanita Angkatan Udara (Wara), kemudian para prajurit yang bakal menjadi polisi militer (Pom) TNI AU.

Penggemblengan itu, yang terdiri atas Skadik 401, Skadik 402, Skadik 403, Skadik 404, bernaung di bawah Wing Pendidikan 400/Pertama Pembentukan Kejuruan (Matukjur) Lanud Adi Soemarmo.

Komandan Lanud Adi Soemarmo Marsekal Pertama (Marsma) TNI Bambang Juniar saat ditemui di sela-sela kegiatannya di Lanud Adi Soemarmo menjelaskan Skadron 401 untuk pendidikan prajurit wanita TNI AU, Skadik 402 untuk bintara TNI AU, Skadik 403 untuk tamtama TNI AU, dan Skadik 404 fokus untuk kejuruan polisi militer TNI AU.

“Selain empat skadik itu, ada juga Setukpa (Sekolah Pembentukan Perwira) yang setiap tahun itu ada dua kali atau dua angkatan dalam setahun. Sementara itu, untuk para siswa bintara ini mengikuti pendidikan selama 5 bulan di Skadik 402,” kata Marsma Bambang.

Dia mengatakan untuk Skadik 401, 402 dan Skadik 403, fokus utama pendidikan untuk membentuk apra siswa, yang semula merupakan warga sipil, menjadi prajurit. Karakter utama seorang prajurit, sebagaimana yang tertulis di tembok-tembok kompleks Lanud Adi Soemarmo, di antaranya tanggap, tanggon, dan trengginas.

“Jadi lebih kepada basic (dasar-dasar) kemiliteran, misalnya bagaimana mereka baris-berbaris, bagaimana hukum militer, ya diajarkan dasar-dasarnya,” kata Komandan Lanud Adi Soemarmo.
Prajurit siswa Skadron Pendidikan 402 menunjukkan yel-yel di hadapan Komandan Lanud Adi Soemarmo Marsekal Pertama TNI Bambang Juniar dan Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama TNI Ardi Syahri di Kompleks Skadron Pendidikan Lanud Adi Soemarmo, Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (4/9/2024). ANTARA/Genta Tenri Mawangi.


​​​​​​​Dasar-dasar itu di antaranya mencakup kemahiran mereka menembak, berenang ponco, penyeberangan basah. Kemudian untuk Wara, ada juga pelatihan tambahan, yaitu materi mengenai kewanitaan yang diberikan Ibu PIA Ardhya Garini.

“Materi kewanitaan itu mencakup etika kewanitaan, tata cara makan, tata cara berbusana, dan kecantikan, serta protokoler,” kata Komandan Skadik 401 Letkol Adm Titi Tri Pangestuti saat ditemui pada sela-sela kegiatannya meninjau pelatihan wara.

Dia menambahkan selebihnya para prajurit siswa wanita TNI AU mendapatkan materi dan gemblengan yang sama dengan prajurit laki-laki.

Gemblengan itu termasuk menyeberangi Kali Pepe yang memisahkan Karanganyar dan Boyolali di area Kompleks Lanud Adi Soemarmo sambil berseragam lengkap, dan latihan-latihan dasar untuk membentuk kesamaptaan jasmani prajurit. Tidak hanya itu, mereka juga diwajibkan untuk selalu berolahraga tiap pagi dan sore, yaitu berlari berkeliling kompleks Skadik Lanud Adi Soemarmo.

Terlepas dari gemblengan itu, wajah-wajah para prajurit siswa yang rata-rata kelahiran tahun 2000-an memancarkan semangat dan optimisme prajurit TNI AU ke depan menjadi pribadi-pribadi yang AMPUH sebagaimana diproyeksikan oleh Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Tonny Harjono, yaitu mereka yang Adaptif, Modern, Profesional, Unggul, dan Humanis.

Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024