Makanya saya sering bilang, the next decade is very interesting for Indonesia....
Jakarta (ANTARA) - Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Indonesia Henry Wibowo mengatakan pihaknya tertarik terhadap sektor perbankan, sektor consumer, dan sektor properti.

“Jadi untuk sektor kami suka, perbankan, consumer staples (sektor yang memproduksi barang-barang untuk kebutuhan harian), consumer discretionary (sektor yang menghasilkan produk kebutuhan sekunder ataupun tersier), dan juga properti,” kata Henry dalam JP Morgan Media Breifing, di The Energy Building, Jakarta, Kamis.

Pihaknya menilai sektor perbankan akan menjadi penerima manfaat dari aliran dana yang masuk ke Indonesia, mengingat sektor tersebut memiliki porsi sebesar 60 persen dalam Indeks Saham Gabungan Indonesia (IHSG).

Selanjutnya, ketertarikan JP Morgan Indonesia terhadap dua sektor consumer (staples dan discretionary), karena Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia diperkirakan melewati 5 ribu dolar Amerika Serikat (AS) per kapita pada akhir tahun ini.

“GDP (Gross Domestic Product/PDB) per capita of 5 ribu dolar AS itu sebenarnya magic number, itu powerful. Karena, setiap kita lihat negara berkembang, emerging market, negara ketika GDP per kapitanya melewati 5.000 dolar AS itu akan menimbulkan new wave of discretionary spending (pengeluaran konsumen untuk barang dan jasa diskresioner). Jadi, mereka bisa belanja lebih banyak, menimbulkan sektor-sektor baru,” katanya pula.
Baca juga: JP Morgan: Sektor keuangan dan konsumer bakal 'outperform' pada 2024

Apabila produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia mencapai 5 ribu dolar AS, maka keadaan ini seperti China di tahun 2011 yang pertama kali menembus 5 ribu dolar AS dan terus meningkat hingga 2020.

“Makanya saya sering bilang, the next decade is very interesting for Indonesia, 10 tahun ke depan, karena ini kita akan masuk ke masa di mana PDB per kapita kita itu akan melewati angka 5 ribu dolar AS,” ujar Henry.

Terakhir, sektor properti juga diminati oleh JP Morgan Indonesia, karena harga properti cukup stagnan atau tak terlalu meningkat di daerah Jabodetabek. Misalnya, harga properti di daerah Serpong (Tangerang Selatan, Banten) bisa naik 2-3 kali lipat selama periode 2010-2015, tetapi kemudian harga berjalan stagnan atau sedikit naik dari 2015 hingga tahun ini.

“Kita melihat ini ada catalyst for reversal. Kenapa? Karena dengan suku bunga yang sudah mulai turun, affordability (kemampuan untuk membayar) dari mortgage (pinjaman jangka panjang untuk membeli properti) juga akan bisa ngebantu. Kedua, kalau kita pantau ini proyek-proyek marketing sales property, sudah mulai bangkit kembali. Jadi, sepertinya appetite (keinginan) untuk investasi di properti sudah mulai kembali, dan valuasinya juga cukup murah,” ujarnya pula.
Baca juga: JP Morgan Indonesia sebut "Interest rate" di Indonesia masih tinggi
Baca juga: JP Morgan beri prospek positif terhadap perekonomian Indonesia


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024