Intoleran ini merupakan benih dan cikal bakal nanti bisa menjadi radikal, kemudian bisa menjadi pelaku teror apabila tidak diatasi.
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Bangbang Surono mengatakan penyebar radikalisme bertujuan untuk mengganggu visi Indonesia Emas 2045.

"Untuk itulah mereka menyasar anak-anak dan remaja karena anak-anak dan remaja ini yang akan menjadi kunci untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045," kata Bangbang dalam Forum Tematik Bakohumas BNPT yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.

Dalam visi Indonesia Emas 2045, dia mengatakan bahwa Indonesia menargetkan untuk menjadi negara maju dengan memanfaatkan bonus demografi yang ada, seiring dengan tingginya angka anak muda di Tanah Air.

Kondisi tersebut, kata dia, ingin dikacaubalaukan oleh para penyebar paham radikal dengan menghancurkan rasa persatuan dan kesatuan Indonesia di kalangan pemuda, terutama melalui media sosial.

Bangbang mengungkapkan penyebaran radikalisme di antara remaja sudah cukup masif terjadi di Indonesia, yang terlihat dari riset Setara Institute pada tahun 2023. Riset tersebut mencatat sebanyak 24,2 persen remaja masuk ke dalam kategori intoleran pasif dan 5 persen masuk kategori intoleran aktif.

Ia mengemukakan bahwa intoleran pasif berarti memiliki pikiran yang tidak toleran, sedangkan intoleran aktif berarti pikiran tidak toleran tersebut sudah termanifestasi dalam ucapan dan tindakan.

Baca juga: BNPT: Paguyuban Anti Teror RI bangun wawasan kebangsaan dan keagamaan
Baca juga: BNPT: Paparan radikalisme perempuan dan anak dimulai dari keluarga


"Intoleran ini merupakan benih dan cikal bakal nanti bisa menjadi radikal, kemudian bisa menjadi pelaku teror apabila tidak diatasi," tuturnya.

Untuk itu, dalam mengantisipasi remaja agar tidak memiliki sifat intoleran maupun mengubah sifat intoleran yang sudah ada menjadi penuh toleransi, BNPT melaksanakan berbagai kegiatan seperti Festival Youth of Indonesia.

Festival Youth of Indonesia bertujuan mencegah intoleransi dan radikal terorisme dengan cara membangun kecintaan anak-anak muda lewat budaya lokal dan menjadikan budaya sebagai media gagasan damai melalui media seperti YouTube atau media sosial lainnya.

Selain itu, kata dia, BNPT juga mengadakan program Sekolah Damai dan Kampus Kebangsaan. Program Sekolah Damai bertujuan menciptakan lingkungan sekolah damai dan toleran dalam keberagaman.

Program tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mencegah terjadinya radikalisme dan terorisme di kalangan pelajar, yang melibatkan berbagai pihak seperti guru, siswa, orang tua, dan masyarakat sekitar untuk berkolaborasi.

Sementara itu, Kampus Kebangsaan merupakan program yang menerapkan nilai-nilai Pancasila, menjaga toleransi, menghindari kegiatan kekerasan, dan menjaga nilai-nilai kebangsaan dalam suatu perguruan tinggi. Kegiatan itu disinergikan dengan berbagai kegiatan mahasiswa di perguruan tinggi.

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024