Masih banyak objek zakat yang belum terjangkau
Jakarta (ANTARA) -
Kementerian Agama menyebut Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Jawa Timur menjadi role model dalam program pemberdayaan zakat, karena mampu mengeluarkan ribuan mustahik dari garis kemiskinan.
 
"Kita perlu mengapresiasi BAZNAS Jawa Timur sebagai role model dalam memberdayakan mustahik. Hingga saat ini, BAZNAS telah berhasil mengeluarkan 9.928 mustahik dari garis kemiskinan," ujar Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag Waryono Abdul Ghafur dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
 
Waryono mengatakan zakat merupakan salah satu instrumen penting untuk mengentaskan masyarakat miskin. Pengelolaan dana zakat secara profesional dapat memberi dampak besar.
 
Ia mendorong lembaga zakat untuk memanfaatkan data Registrasi Sosial Ekonomi (REGSOSEK) dalam pendistribusian dana zakat. Menurutnya, data tersebut dapat menjadi acuan yang tepat untuk memastikan penyaluran zakat kepada mustahik.
 
"Pentingnya data yang akurat dalam penyaluran zakat agar tepat sasaran, salah satunya dengan menggunakan data REGSOSEK dari Bappenas," kata dia.

Baca juga: Baznas luncurkan Simba-UPZ untuk mengoptimalkan tata kelola zakat
Baca juga: Kemenag RI apresiasi UPZ Baznas meningkatkan kesejahteraan umat
 
Namun, ia juga mengingatkan adanya gap antara potensi zakat dan realisasi dana zakat di Jatim. Potensi zakat mencapai Rp36 triliun, tetapi baru terealisasi Rp405 miliar.

Waryono menekankan pentingnya meningkatkan kompetensi amil zakat, khususnya di BAZNAS provinsi, guna mengoptimalkan realisasi zakat.
 
Ia juga menekankan bahwa BAZNAS dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) bukanlah kompetitor, melainkan mitra yang harus bersinergi untuk memaksimalkan potensi zakat.

Menurut Waryono, perlunya kolaborasi antara BAZNAS dan LAZ dalam mengumpulkan dan mendistribusikan dana zakat.
 
"Masih banyak objek zakat yang belum terjangkau, seperti zakat pertanian, peternakan, tambang, industri, dan surat berharga. Sebagian besar saat ini masih fokus pada zakat profesi. Kolaborasi antara BAZNAS dan LAZ sangat diperlukan," kata Waryono.

Baca juga: Kemenag paparkan upaya filantropi zakat dan wakaf Indonesia pada IF20
Baca juga: Baznas luncurkan program "microfinance" tingkatkan ekonomi umat
 
Ketua BAZNAS Jatim Ali Maschan Moesa menyatakan pentingnya memperluas sosialisasi zakat, termasuk di perguruan tinggi negeri.

Meskipun beberapa kampus, seperti Universitas Brawijaya, sudah siap menjadi Unit Pengumpul Zakat (UPZ), pengumpulan zakat di beberapa perguruan tinggi negeri di Jatim masih menghadapi kendala.
 
"Kami juga mengalami kendala dalam integrasi data zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF). Oleh karena itu, kolaborasi dalam pendataan mustahik sangat penting," ujarnya.

Baca juga: Baznas siap gulirkan program perbaikan rumah mustahik RLHB 2024
Baca juga: Dukung ekosistem zakat, Baznas berikan rekomendasi izin tiga LAZ baru
Baca juga: Baznas berdayakan peternak mustahik di Wonosobo

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024