Addis Ababa (ANTARA) - Kerja sama dengan China menyuntikkan stimulus yang sangat dibutuhkan dalam upaya transisi energi hijau Afrika, terutama melalui promosi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di benua tersebut, demikian disampaikan seorang pejabat senior Komisi Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Afrika (United Nations Economic Commission for Africa/UNECA).

Berbicara dengan Xinhua belum lama ini, Robert Tama Lisinge, pelaksana tugas direktur divisi teknologi, inovasi, konektivitas, dan infrastruktur di UNECA, menyoroti pentingnya kerja sama China-Afrika dalam mempromosikan mobilitas listrik di Afrika, sehingga mendukung aspirasi transisi energi hijau Afrika.

Lisinge menunjukkan bahwa benua Afrika sedang bergerak menuju masa depan yang lebih hijau, dengan revolusi EV sebagai inti dari transformasi ini. Dia mengatakan bahwa UNECA memimpin dalam hal ini, dan kemitraan dengan China terbukti menjadi pendorong penting bagi ambisi transisi energi hijau Afrika.

"Kami ingin melihat lebih banyak orang Afrika mengendarai EV di jalan-jalan di benua ini. Tak hanya mengendarai EV, kami ingin melihat kendaraan listrik diproduksi di benua kami dalam semangat transisi ke energi bersih, industrialisasi, dan pertambahan nilai," katanya.

Lisinge mencatat bahwa sektor transportasi Afrika, yang sangat bergantung pada bahan bakar fosil sekaligus merupakan kontributor signifikan emisi gas rumah kaca, membutuhkan upaya kolaborasi yang kuat untuk mengadopsi transisi energi hijau sebagai sebuah tuntutan global.

"Kami tahu bahwa sektor transportasi di Afrika dan, tentunya, di seluruh dunia, adalah kontributor utama emisi gas rumah kaca," kata Lisinge. "Itu alasan kami percaya bahwa memerangi emisi gas rumah kaca dan melindungi iklim kita juga harus berfokus pada sektor transportasi, dan kami mendukung transisi energi di sektor ini melalui penggunaan EV."

Menyadari rintangan yang dihadapi Afrika dalam mengadopsi EV, Lisinge mengatakan bahwa UNECA bekerja sama dengan China dan mitra-mitra lain untuk mengatasi tantangan yang terus muncul yang menghambat evolusi sektor EV di Afrika.

"China adalah produsen kendaraan listrik utama yang terdepan. China juga sangat maju dalam mengembangkan fasilitas penyimpanan energi. China siap mengekspor banyak kendaraan listrik tak hanya ke Afrika tetapi juga ke seluruh dunia," ujarnya.

"Afrika sangat kaya bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi baterai kendaraan listrik. Di UNECA, kami mengupayakan rantai nilai produksi baterai, bukan hanya mengekspor bahan baku, namun memproduksi baterai di Afrika," imbuhnya.

Pakar UNECA itu menegaskan signifikansi kemitraan China-Afrika yang sudah ada dalam transisi energi.

"Dalam transisi energi, ada kolaborasi yang sangat besar antara China dan Afrika. China telah menjadi pemimpin transisi energi dalam banyak hal, karena China memproduksi banyak komponen energi tenaga surya dan panel surya, serta memproduksi komponen turbin angin. China juga merupakan negara pemimpin dalam (teknologi) yang digunakan untuk memproduksi hidrogen dari air, dengan menggunakan listrik hijau. Banyak proyek tenaga surya yang Anda lihat di Afrika menggunakan panel surya dari China," ujarnya.
 
  Seorang pengunjung mencoba kendaraan listrik BYD asal China selama Festival Otomotif di Johannesburg, Afrika Selatan, 30 Agustus 2024. ANTARA/Xinhua/Zhang Yudong.


Lisinge juga menekankan potensi kemitraan China-Afrika yang sangat besar untuk mendukung adopsi teknologi di tingkat lokal dalam memproduksi solusi energi hijau di Afrika, guna memanfaatkan secara efektif sumber daya energi hijau yang berlimpah di Afrika.

"Ini sangat terkait dengan transfer teknologi, karena Afrika memiliki sumber daya energi terbarukan yang berlimpah dan kami memiliki mineral yang sangat penting untuk transisi energi hijau," katanya.

Lisinge menyerukan untuk lebih lanjut meningkatkan kemitraan China-Afrika dalam pengembangan energi dan infrastruktur lainnya, serta dalam pembangunan kapasitas dan transfer teknologi, dengan penekanan khusus pada pertumbuhan sektor energi hijau di Afrika.

"China telah berinvestasi lebih besar dibandingkan dengan negara lain dalam pengembangan infrastruktur di Afrika, termasuk energi. Kami menyadari peran penting China dalam pengembangan infrastruktur Afrika, dan kami ingin melihat lebih banyak hal itu terwujud di Afrika," kata Lisinge.



 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024