Tokyo (ANTARA) - Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan pergeseran demografi yang terjadi di Indonesia maupun Jepang pada 10 tahun mendatang merupakan peluang kerja sama bagi kedua negara, terutama di bidang ketenagakerjaan.

Ida dalam sambutannya saat kegiatan Indonesia-Japan Human Resources Forum 2024 di Tokyo, Kamis, menjelaskan Indonesia akan mengalami bonus demografi di mana 70 persen penduduk didominasi usia produktif pada 2035.

Sementara itu, penduduk Jepang saat ini mengalami penurunan jumlah usia produktif (aging population).

“Perbedaan demografi menjadi peluang besar bagi kedua negara, tidak hanya Jepang, tetapi juga Indonesia untuk dapat saling melengkapi dan memperkuat kerja sama kedua negara,” katanya.

Ida mengatakan selama ini hubungan bilateral Indonesia dan Jepang, terutama di bidang ketenagakerjaan sangat baik sebab kedua negara sama-sama menjadi mitra penting.

Salah satu kerja sama yang sudah terjalin adalah program tenaga kerja dengan keterampilan khusus (specified-skilled workers/SSW) yang membuka kesempatan bagi generasi muda untuk berkarier di Jepang.

“Program pelatihan, kerja sama, selama ini telah menjadi jembatan bagi ribuan tenaga kerja Indonesia di Jepang untuk meningkatkan kualitas hidupnya,” katanya.

Dia mengatakan pihaknya pun telah menyiapkan sembilan lompatan guna meningkatkan kualitas saing tenaga kerja Indonesia.

“Karena kami tidak bisa hanya berjalan, harus melompat,” ujarnya.

Baca juga: KBRI Tokyo perkuat kerja sama tenaga kerja perikanan Indonesia-Jepang

Adapun, sembilan lompatan itu adalah transformasi balai latihan kerja, link and match ketenagakerjaan, transformasi program perluasan kesempatan kerja, pengembangan talenta muda, perluasan pasar kerja luar negeri, visi baru hubungan industrial, reformasi pengawasan, ekosistem digital SIAPKerja serta reformasi birokrasi.

“Kami yakin kerja sama bilateral Indonesia-Jepang dapat berkolaborasi dan bersinergi mencapai tujuan kedua negara, tercapainya misi kesembilan perluasan pasar kerja luar negeri dan terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja ini, termasuk SSW yang menjadi batu loncatan tenaga kerja Indonesia yang bersaing di kancah global,” katanya.

Menurut Ida, program SSW tidak hanya memberikan manfaat kepada pemerintah Indonesia tetapi juga pada perekonomian kedua negara.

Namun, dia mengingatkan bahwa keberhasilan program SSW bergantung pada kualitas SDM.

“Oleh karena itu, seluruh pihak untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia yang siap bekerja,” katanya.

Kemnaker menargetkan dapat mengirim 100.000 pekerja SSW dalam kurun lima tahun ke depan.

Sejak 1993, pemerintah Indonesia dan Jepang telah menjalin kerja sama pengiriman peserta magang hingga kini mencapai 110.00 orang.

Sementara itu, sejak 2019 hingga Juni 2023, sebanyak 25.337, pekerja migran Indonesia di Jepang sudah berstatus residensi SSW.

Duta Besar RI untuk Jepang Heri Akhmadi menyebutkan 75 persen dari jumlah WNI di Jepang adalah pekerja migran dan peserta magang.

Tren jumlah WNI di Jepang kian meningkat pascapandemi di mana hanya sekitar 90.000 pada 2022 meningkat menjadi 120.000 pada 2023 dan akhirnya 150.000 pada tahun ini.

Baca juga: KBRI promosikan SDM Indonesia penuhi kebutuhan tenaga kerja di Jepang

Baca juga: Sekolah Vokasi IPB teken kerja sama dengan institusi Jepang


Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2024