pemerintah juga menerapkan struktur tarif baru yang lebih kompetitif untuk mendorong pertumbuhan investasi energi terbarukan
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia terus berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk mendukung pengembangan energi terbarukan, salah satunya dengan meningkatkan kepastian hukum, kata Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani.

Dalam acara Indonesia International Sustainability Forum 2024 di Jakarta, Kamis, Rosan mengatakan bahwa pemerintah juga menerapkan struktur tarif baru yang lebih kompetitif untuk mendorong pertumbuhan investasi energi terbarukan.

Dengan adanya tarif baru yang dinegosiasikan langsung antara perusahaan listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dan perusahaan listrik milik negara, PLN, diharapkan dapat menarik lebih banyak investor untuk berpartisipasi dalam pengembangan proyek-proyek energi bersih di Indonesia.

Fleksibilitas tarif yang disesuaikan dengan teknologi dan lokasi proyek juga akan mendorong efisiensi dan inovasi dalam sektor energi terbarukan, kata dia.

Rosan menjelaskan bahwa Indonesia merupakan rumah bagi berbagai sumber daya terbarukan dengan potensi kapasitas 3.700 gigawatt, tetapi sejauh ini baru kurang dari 1 persen yang telah dimanfaatkan.

Baca juga: ESDM: Butuh investasi 14,2 miliar dolar AS pacu listrik EBT 8,2 GW

Baca juga: Pertamina menargetkan 56 persen investasi untuk EBT pada 2030


Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan potensi energi terbarukan di Asia Tenggara sangat besar. IEA memperkirakan bahwa pada 2040, pangsa energi terbarukan dalam pembangkitan listrik di kawasan ini akan meningkat hampir tiga kali lipat dari tingkat saat ini, dengan energi surya dan angin sebagai sumber dominan, yakni mencapai 70 persen dari total pembangkitan listrik di kawasan tersebut.

Namun, Rosan mengatakan bahwa negara berkembang seperti Indonesia kerap menghadapi tantangan ketika beralih ke energi terbarukan, seperti infrastruktur yang tak memadai, persyaratan investasi awal yang besar, dan kesulitan dalam memperoleh pembiayaan.

“Pada 2022, biaya investasi awal untuk proyek energi terbarukan di negara-negara berpenghasilan rendah 6,5 persen lebih tinggi daripada di negara-negara berpenghasilan tinggi,” ucap Rosan.

Meski demikian, Rosan menyebut Indonesia terus berupaya untuk mengembangkan energi terbarukan untuk mencapai emisi nol bersih pada 2060.

Rosan menyebut Indonesia telah berhasil meningkatkan bauran energi terbarukan hingga mencapai 13 persen pada 2023 berkat sejumlah proyek besar yang didanai oleh investor domestik dan internasional.

Salah satunya adalah proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi Sarulla berkapasitas 330 megawatt di Sumatera Utara, yang merupakan hasil kerja sama Indonesia dengan AS dan Jepang.

“Bulan lalu, kami juga meresmikan pembangkit listrik tenaga surya ground-mounted terbesar di Indonesia berkapasitas 100 megawatt di Jawa Barat bekerja sama dengan China,” ujarnya.

Rosan mendorong kolaborasi antara negara-negara maju, lembaga keuangan, dan investor untuk membantu negara-negara berkembang mengembangkan energi bersih.

“Kita perlu investasi dan pendanaan hijau, transfer teknologi, penelitian dan pengembangan, serta akses ke pasar yang lebih luas untuk mencapai potensi penuh energi terbarukan. Indonesia berkomitmen untuk menjadi contoh di sektor energi terbarukan,” pungkasnya.

Baca juga: Vale Indonesia nilai pengembangan mineral kritis penting bagi RI

Baca juga: Presiden di ISF pamer RI punya PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara


Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024