"Pati sagu mempunyai sifat resisten terhadap enzim dan mikrobia. Potensi pati sagu sebagai pati resisten (Resistant Starch - RS) dapat mencegah resiko terkena kanker kolon, karena tidak tercerna di dalam usus halus melainkan difermentasi oleh bakteri di kolon," katanya.
Febby yang juga dosen Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Unpatti menjelaskan, RS terbagi atas empat tipe. Pati sagu yang telah diolah menjadi makanan dikategorikan sebagai RS tipe 3 yang tidak terserap oleh usus halus.
Ketika tidak terserap oleh usus halus, pati sagu yang dikonsumsi manusia akan difermentasi oleh bakteri di dalam usus besar dan menghasilkan asam lemak rantai pendek (Short Chain Fatty Acid - SCFA) yang dapat menurunkan asam pH (potential of hydrogen) pada usus besar, sehingga bakteri patogen penyebab kanker kolon sulit berkembang biak di dalamnya.
"RS sagu juga memiliki fungsi sebagai prebiotik karena digunakan sebagai substrat bagi bakteri saat difermentasi di dalam usus besar," ucapnya.
Dikatakannya, dengan pH rendah, bakteri yang dapat hidup di dalam usus besar hanyalah bakteri yang berguna bagi tubuh manusia, seperti bakteri asam laktat, bifidobacterium dan lactobacillus.
"Bakteri patogen yang menghasilkan toksin bagi tubuh sulit berkembang biak dalam pH rendah, jika pertumbuhannya lebih sedikit maka racun yang dihasilkan juga lebih kecil sehingga mudah diatasi oleh tubuh," ujarnya.
Lebih lanjut Febby mengatakan, selain bermanfaat untuk mencegah resiko terkena kanker kolon, RS sagu juga meningkatkan absorbsi mineral, salah satunya adalah kalsium yang baik bagi tulang.
"Ada hasil penelitian yang menyatakan ketika pati sagu difermentasi, sistem metabolisme tubuh lebih mudah untuk menyerap mineral," katanya.
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014