Jindo, Korea Selatan, (ANTARA News) - "Ayaaaah, feri terbalik!" Itu lah kata-kata terakhir seorang anak perempuan kepada ayahnya dalam percakapan telepon seluler, dari kapal feri Sewol, yang memiliki bobot 6.825 ton.
Satu pekan kemudian, ketika seorang wartawan Xinhua melihat seorang ayah yang berkulit coklat, ia sedang meneliti satu mayat dalam upaya mengidentifikasi apakah itu adalah putri tunggalnya. Penjaga Pantai Korea Selatan belakangan mengatakan itu adalah mayat orang lain berdasarkan tes DNA.
Saat operasi pencarian memasuki hari kedelapan, jumlah korban jiwa melonjak jadi 150 pada Rabu (23/4), setelah para penyelam menemukan mayat lagi di kabin kapal yang karam tersebut.
Ayah yang berusia 40-an tahun itu telah sangat terkejut oleh jumlah korban jiwa yang melonjak tajam saat ia memeriksa daftar mayat yang ditemukan yang menggambarkan tinggi tubuh, pakaian dan bentuk identifikasi lain.
"Mengapa kamu tidak pulang? Hari sudah gelap, orang tua kami akan merindukan kamu. Apakah kamu sudah makan? Makan yang banyak, jaga kesehatan. Jangan biarkan kedua orang tuamu khawatir," kata lelaki itu kepada wartawati Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.
Pria dan wartawati itu bertemu di satu bus ulang-alik antara tempat olah raga Jindo, tempat keluarga tinggal di tempat penampungan sementara, dan kamar mayat sementara di Pelabuhan Paengmok di pulau itu.
"Apakah anda relawan?" tanya reporter Xinhua selama pertemuan pertama mereka.
"Bukan. Saya ayah Kim So Yeon. Ia berada di Kelas Tiga, Tingkat Dua," katanya, sambil mengeluarkan kartu tanda pengenalnya sebagai keluarga seorang penumpang.
Ketika diminta pendapatnya mengenai kemarahan keluarga terhadap reaksi lamban pemerintah mengenai kecelakaan tersebut, lelaki itu berkata, "Saya tak berpendidikan dengan baik, jadi saya tidak tahu politik. Saya seorang tukang listrik."
Ia memperlihatkan kepada wartawati Xinhua tiga jari nya kehilangan kuku.
Sementara itu di pantai, Jo A Leum, seorang siswi tahun pertama sekolah menengah, berteriak ke arah laut, "Cepat pulang saudaraku. Kami merindukanmu." Ia tersenyum kepada orang asing dengan mata merah.
Kapal feri Sewol, yang membawa 476 penumpang --termasuk 325 siswa Sekolah Menengah Danwon dan 14 guru-- terbalik di perairan lepas pantai Pulau Jindo, Provinsi Jolla, Korea Selatan, pada Rabu (16/4). Sebanyak 150 orang telah kehilangan nyawa, sementara 150 orang lagi belum ditemukan sampai Rabu (23/4).
(C003)
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014