Pergelaran tari itu diadakan KBRI/PTRI Wina bekerjasama dengan Weltmuseum Wina dan kelompok seni Keraton Yogyakarta Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Kridomardowo, demikian Counsellor KBRI Wina Dody Sembodo Kusumonegoro kepada Antara London, Rabu.
Dikatakannya, pementasan ini merupakan salah satu bentuk promosi seni budaya Indonesia, khususnya seni budaya Jawa, kepada masyarakat Austria.
Pada kesempatan ini dipergelarkan tiga tarian, yaitu Tari Serimpi Pandhelori yang diciptakan Sultan Hamengku Buwana VI (1856-1877). Kata Serimpi yang berarti Mimpi ini dibawakan oleh empat penari yang juga sebagai simbol keseimbangan dari empat nafsu dasar manusia.
Sementara gerakan lembut dan perlahan menggambarkan situasi yang khidmat dari Tari Menak Kakung ciptaan Sultan Hamengku Buwana IX pada akhir tahun 1941.
Tarian ini berdasarkan cerita Menak di Keraton Yogyakarta. Dalam Literatur Menak adalah adaptasi dari budaya Islam khususnya menceritakan tentang salah seorang paman dari Nabi Muhammad SAW, Amir Hamzah ke dalam literatur Jawa.
Tarian yang dibawakan oleh dua penari pria itu menggambarkan pertarungan antara Umarmaya dan Umarmadi yang kemudian berakhir dengan keduanya mengikuti Amir Hamzah dan misi agama Islam-nya.
Tarian ketiga adalah tari Golek Asmarandana Bawaraga yang dibawakan oleh empat penari, menggambarkan empat karakter wanita yang tumbuh dewasa dengan segala dinamika dan kebahagiaan dari karakter tersebut.
Para penonton terpesona saat menyaksikan pementasan itu, kata Markus, salah seorang penonton Austria yang juga berprofesi sebagai penari Ballroom.
Dia menyatakan kekagumannya terhadap setiap gerakan dan makna dari gerakan tari yang diyakininya mempunyai arti yang mendalam tersebut.
Keseimbangan dan gerakan gemulai yang ditunjukkan para penari, menurut dia, sangat menakjubkan.
Sementara Alexandra, salah seorang mahasiswa Universitas Musik dan Seni di Wina yang mendalami seni balet, menyatakan ingin mempelajari lebih jauh mengenai filosofi dari tarian Jawa, karena menurut dia dengan melihat setiap gerakan tari sarat dengan makna dan meditasi.
Kelompok seni Keraton Yogyakarta KHP Kridomardowo dipimpin Kepala Dinas Kebudayaan Pemda DIY, GBPH Yudaningrat. Selain mengadakan pementasan di kota Wina, kelompok seni itu juga mengadakan pergelaran di Slovenia dalam rangka peresmian didirikannya Rumah Joglo di Kebun Raya Arboretum, Slovenia.
Rumah Joglo tersebut merupakan donasi Indonesia, khususnya Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam upaya memperkuat hubungan bilateral RI-Slovenia, terutama di bidang kerjasama budaya. (ZG/KWR)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014