Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Selasa pagi, naik menjadi Rp9.234/9.240 dibanding posisi penutupan Senin kemarin pada level Rp9.185/9.248 per dolar AS atau menguat sebanyak delapan poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega, Kostaman Thayib, di Jakarta, Selasa, mengatakan menguat rupiah terpicu oleh pernyataan Gubernur Bank Indonesia bahwa posisi modal jangka pendek asing yang masuk ke Indonesia saat ini mencapai 7 miliar dolar AS. Masuknya dana asing senilai itu ke Indonesia terutama disebabkan adanya perbedaan suku bunga yang tinggi (antara rupiah dan dolar AS), katanya. Namun, lanjut Kostaman Thayib, kabar positip itu hanya mendorong rupiah naik dalam kisaran yang sempit tidak melebar, sehingga dikhawatirkan mata uang lokal itu kembali terpuruk. Meski demikian, kenaikan rupiah itu diharapkan akan mendorong Bank Indonesia (BI) masuk ke pasar melakukan pembelian dolar, sehingga kenaikan rupiah akan cukup besar, katanya. Dikatakannya rupiah seharus bisa menguat lebih besar lagi, karena dolar AS di pasar global melemah terhadap euro dan yen, setelah data sektor perumahan dan otomotive AS melemah dibanding perkiraan sebelumnya. Kondisi ini belum memicu rupiah untuk naik lebih jauh, karena harga minyak dunia yang semula turun dibawah level 60 dolar AS kembali menguat hingga di atas level 61,72 dolar AS per barel, katanya. Menurut dia, rupiah yang terpuruk sepanjang bulan ini, sudah saat ini untuk kembali membaik ke posisi Rp9.000 per dolar AS, meski para eksportir maupun importir lebih suka rupiah pada kisaran antara Rp9.100 per dolar AS sampai Rp9.200 per dolar AS. Rupiah yang sebelumnya terpuruk akibat kudeta militer Thailand yang terimbas oleh merosotnya baht, Thailand dan menguatnya harga minyak mentah dunia hingga mencapai 70 dolar AS per barel kini mulai membaik. Namun kenaikan rupiah itu diperkirakan hanya sesaat, karena faktor kuat yang mendukung rupiah saat ini masih belum muncul, demikian Kostaman Thayib. (*)

Copyright © ANTARA 2006