Jangan melihat kelestarian itu sebagai biaya karena sudah terbukti kelestarian itu adalah sumber pertumbuhan
Denpasar (ANTARA) - Ekonom senior dari Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Dradjad Hari Wibowo menekankan pentingnya hilirisasi pertanian termasuk di Bali dengan menerapkan prinsip kelestarian untuk memberi nilai tambah lebih besar dan memperluas lapangan pekerjaan.

“Jangan melihat kelestarian itu sebagai biaya karena sudah terbukti kelestarian itu adalah sumber pertumbuhan,” kata Dradjad Hari Wibowo di sela kuliah umum di Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar, Bali, Rabu.

Ia menjelaskan ada tiga prinsip kelestarian yang tak hanya memenuhi kebutuhan di dalam negeri tapi syarat untuk diterima di pasar internasional yakni lestari produksi, sosial dan ekologi atau lingkungan.

Dradjad menambahkan lestari produksi berkaitan dengan ekonomi, kemudian lestari sosial dengan melibatkan partisipasi masyarakat termasuk tidak ada diskriminasi gender dan lestari ekologi dengan tidak merusak alam atau lingkungan.

Adapun di Bali produk pertanian dalam arti luas mencakup perikanan, hasil perkebunan hingga kerajinan berupa ukiran kayu. Produk pertanian tersebut dapat menghasilkan nilai tambah melalui proses hilirisasi.

Dengan tiga prinsip kelestarian itu juga diharapkan menjaga kelestarian sumber air di Bali mengingat pulau itu menjadi daerah tujuan wisata.

“Turis perlu air, kalau Bali tidak menjaga kelestarian air, lama-lama orang jadi tidak mau ke Bali karena kurang air. Belum lagi air untuk kebutuhan penduduk,” ucapnya.

Ia memberikan contoh produk kayu lapis yang tidak menjaga kelestarian dalam hilirisasi sehingga tidak memberikan dampak signifikan kepada sosial ekonomi masyarakat.

Begitu juga sektor migas, kata dia, yang masih diimpor salah satunya dari Singapura mendorong kehilangan potensi ekonomi besar apabila tidak ada hilirisasi.

“Kita harus impor (BBM) dari Singapura karena kita tidak membuat pengilangan yang bagus jadi kerugiannya panjang sekali. Jadi hilirisasi harus kita lakukan,” ucapnya.

Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, nilai ekspor barang dari Bali pada periode Januari-Juli 2024 mencapai 375 juta dolar AS atau naik 12,90 persen dibandingkan periode sama 2023 mencapai 332 juta dolar AS.

Amerika Serikat menjadi pangsa pasar ekspor terbesar dengan porsi mencapai 27 persen dari total nilai kumulatif ekspor.

Porsi ekspor pada Januari-Juli 2024 itu didominasi ekspor produk industri pengolahan sebesar 91 persen atau sebesar 341,8 juta dolar AS, sisanya sebesar 8 persen adalah pertanian dan 0,06 persen lainnya adalah ekspor produk pertambangan.

Ada pun kontribusi komoditas dari Bali yang diekspor pada Juli 2024 yakni sebesar 24 persen dari ikan, krustasea (udang) dan moluska (kerang hingga cumi-cumi) dengan nilai mencapai 12,3 juta dolar AS.

Sisanya ekspor pakaian dan aksesoris, logam mulai dan perhiasan, perabotan, lampu dan alat penerangan, kayu dan barang dari kayu, kertas, karton, pakaian rajutan, hingga barang anyaman.

Baca juga: Tekad kelompok tani Aceh mengoptimalkan hilirisasi pertanian
Baca juga: Kementan ingin petani optimalkan nilai tambah dari hilirisasi
Baca juga: Kementan gandeng Gempita libatkan anak muda hilirisasi pertanian


Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024