Yinchuan (ANTARA) - Dengan harga yang terjangkau, yakni sekitar 3 yuan (1 yuan = Rp2.186), He Ying (74) menikmati sarapan bergizi di kantin komunitas Qingshuiwan di Distrik Jinfeng, Yinchuan, ibu kota Daerah Otonom Etnis Hui Ningxia, China barat laut.

Makanan yang dia santap biasanya terdiri dari roti gulung kukus, telur, dan semangkuk bubur. "Setelah istri saya meninggal, rasanya cukup sulit untuk menyiapkan makanan dengan jumlah yang tepat, dan bersantap di luar tidak sesuai dengan selera saya," jelasnya. Kini, dia dengan senang hati berjalan kaki setiap hari ke kantin komunitas. Dia merasa senang dengan makanan yang bervariasi dan lingkungan yang bersih di kantin tersebut.

Di komunitas Qingshuiwan, jumlah warga lanjut usia (lansia) mencapai 25 persen dari 14.000 lebih penduduk, dengan lebih dari 100 lansia hidup sendiri atau menyandang disabilitas. Wu Haiming, sekretaris Partai di komunitas tersebut, mengatakan bahwa sebuah fasilitas makan didirikan pada 2018 untuk menyajikan makan siang khusus bagi para lansia, tetapi fasilitas tersebut ditutup karena terbatasnya jumlah pengunjung dan variasi menu.

Guna meningkatkan kualitas layanan bagi para lansia, China telah memperbanyak secara signifikan jumlah kantin komunitas dalam beberapa tahun terakhir. Chen Weilong, deputi direktur biro urusan sipil Kota Yinchuan, mengatakan kota itu saat ini memiliki lebih dari 200 kantin komunitas yang terutama melayani lansia dan terus berinvestasi untuk menyempurnakan fasilitas tersebut.

Tahun lalu, komunitas Qingshuiwan mencari dukungan finansial dari pemerintah setempat dan bermitra dengan perusahaan katering untuk mengubah fasilitas makan seluas 60 meter persegi menjadi kantin komunitas seluas 260 meter persegi, yang kini terbuka untuk semua orang, tanpa memandang usia.

"Komunitas menyediakan tempat tanpa biaya sewa dan memberikan diskon untuk biaya utilitas bagi kami, jadi kami berkomitmen untuk menawarkan layanan terbaik," ujar Zhao Jiangyu, manajer kantin komunitas Qingshuiwan.

Pada Agustus 2023, kantin tersebut resmi dibuka dan awalnya hanya menawarkan makan siang. Namun, seiring dengan bertambahnya jumlah pengunjung dan meningkatnya reputasi kantin, sarapan dan makan malam pun ditambahkan, serta menu diperbanyak untuk mencakup lebih banyak variasi hidangan, semuanya berdasarkan umpan balik dari pelanggan.

Kini, menjelang waktu makan siang, kantin komunitas Qingshuiwan dipenuhi pengunjung. Selain enam hidangan reguler, ada juga hidangan khusus seperti semur daging domba dan beragam makanan pokok termasuk nasi, roti gulung kukus, dan mi.

Kantin tersebut menyediakan diskon khusus untuk lansia, penyandang disabilitas, dan rumah tangga berpenghasilan rendah. Penghuni lain dapat menerima diskon yang sesuai dengan mengajukan permohonan kartu makan. Bagi mereka yang tidak dapat makan di tempat, tersedia layanan pesan antar.

Pendekatan "ramah semua usia" telah membuat kantin komunitas populer di kalangan generasi muda, seperti pelajar dan pekerja kantoran.

Seorang penduduk setempat bermarga Wu dan suaminya sering membawa kedua anak mereka ke kantin itu untuk makan siang. "Sekolah dasar anak-anak kami ada di seberang jalan, jadi mereka punya lebih banyak waktu untuk istirahat makan siang jika makan di sini. Yang terpenting, makanannya beragam dan bergizi," jelas Wu.

Saat ini, kantin komunitas tidak hanya menjadi pilihan yang nyaman dan terjangkau bagi para lansia, tetapi juga menjadi ruang sosial, karena para staf menyambut mereka dengan kehangatan kekeluargaan.

"Dengan merevitalisasi sumber daya yang kurang termanfaatkan, kami bertujuan untuk memastikan pengoperasian kantin komunitas yang murah dan berkelanjutan," kata Song Yadong, seorang pejabat di departemen urusan sipil Ningxia. "Ningxia sedang menjajaki berbagai mekanisme pembiayaan dan kebijakan preferensial untuk menjadikannya lebih nyaman bagi para lansia bersantap," demikian warta Xinhua.

Pewarta: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024