"Kebutuhan anggaran TPST Kebon Talo mencapai Rp96 miliar, jadi kita diberikan bertahap dan tahap pertama Rp15 miliar," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Rabu.
Bantuan sebesar Rp15 miliar itu sesuai komitmen pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia saat mengundang Pemerintah Kota Mataram melakukan ekspose desain TPST Kebon Talo di Makassar pada 26-27 Agustus 2024.
Dari hasil ekspose tersebut, lanjutnya, pada awal tahun 2025 Kota Mataram akan diberikan anggaran tahap pertama Rp15 miliar untuk memulai pembangunan TPST modern di Kebon Talo.
Dengan anggaran itu, kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan desain awal, namun tidak hanya sekedar membangun fisik saja melainkan juga ditargetkan untuk peralatan agar bisa dimanfaatkan langsung untuk mengolah sampah.
"Meskipun bangunan awal, tapi dengan dana Rp15 miliar itu kami akan buat agar TPST bisa berproduksi atau mengolah sampah seperti TPST Sandubaya lama," katanya.
Ia mengakui, dengan anggaran itu kapasitas produksi belum bisa dimaksimalkan sesuai target yakni 120 ton per hari.
Tapi setidaknya dengan anggaran itu DLH bisa mengolah sampah puluhan ton per hari, sebab dia tidak ingin dengan anggaran tersebut membangun fasilitas yang tidak dimanfaatkan.
"Misalnya, hanya melakukan penataan lahan atau membangun pagar keliling yang tidak bisa kami manfaatkan untuk berproduksi," katanya.
Lebih jauh Denny mengatakan, setelah pembangunan tahap awal TPST Kebon Talo, pemerintah pusat berjanji akan menuntaskan pembangunan sesuai dengan desain yang sudah ada pada tahun 2026.
Dalam konsepnya, TPST Kebon Talo berkapasitas 120 ton yang akan dibangun di lahan seluas satu hektare lebih itu menggunakan teknologi insinerator atau sistem pembakaran ramah lingkungan.
Teknologi insinerator merupakan salah satu alat pemusnah sampah yang dilakukan melalui pembakaran pada suhu tinggi.
Dengan teknologi insinerator yang akan diterapkan ini dapat mengubah panas dari hasil pembakaran yang sudah diubah menjadi uap air dimanfaatkan untuk dikonversikan ke tenaga listrik.
Dengan demikian, hasil pengolahan sampah di TPST Modern Sandubaya dengan TPST Kebon Talo nantinya akan berbeda.
"Kalau TPST Sandubaya hasil pengolahan sampah berbentuk padat seperti pakan maggot, dan batako, kalau di TPST Kebon Talo berupa uap cair atau listrik," katanya.
Baca juga: Pemkab Bangkalan Jatim atasi persoalan sampah dengan TPST
Baca juga: Pemkot Depok dan PUPR bangun TPST kapasitas 300 ton sampah
Pewarta: Nirkomala
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024