Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore, melemah sebesar 166 poin menjadi Rp11.636 dibandingkan sebelumnya Rp11.470 per dolar AS.
"Dari sisi fundamental, mata uang rupiah tertekan menyusul data manufaktur Tiongkok yang berkontraksi, sehingga membuat pelaku pasar uang di dalam negeri khawatir dengan perbaikan neraca perdagangan Indonesia," kata Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir di Jakarta, Rabu.
Ia mengemukakan kekhawatiran pelaku pasar itu dikarenakan Tiongkok merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia.
Ia menambahkan fluktuasi nilai tukar rupiah di pasar uang domestik juga dibayangi oleh risiko politik di dalam negeri seiring investor masih mengkaji kemungkinan partai koalisi pemerintahan berikutnya dan calon presiden Indonesia berikutnya menjelang pemilu presiden Juli mendatang.
"Pemerintahan baru akan memengaruhi kebijakan selanjutnya, termasuk di sektor keuangan," katanya.
Secara teknikal, lanjut dia, mata uang rupiah juga masih berada dalam tren negatif. Pada grafik harian, indikator MACD (Moving Average Convergence Divergence) dan Stochastic menegaskan keberlanjutan sentimen pelemahan.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menambahkan, penguatan dolar AS terhadap rupiah juga dikarenakan rencana emiten yang akan membagikan dividen.
"Pembagian dividen dapat dapat mendorong aliran dana asing keluar (capital outflow) sehingga akan meningkatkan permintaan atas dolar AS," katanya.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Rabu ini (23/4), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp11.590 dibandingkan sebelumnya (22/4) di posisi Rp11.486 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014