Washington DC (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla akan mengadakan pertemuan puncak dengan Wapres Amerika Serikat, Dick Cheney, di Gedung Putih, Selasa petang (Rabu dinihari WIB). Meskipun agenda utamanya adalah bagaimana meningkatkan kerja sama ekonomi kedua negara, kepada wartawan ANTARA Akhmad Kusaeni, Waspres mengatakan dirinya juga akan membicarakan masalah yang terkait dengan politik, khususnya soal peran AS membantu demokratisasi di Indonesia. "Saya akan mengatakan Amerika jangan terlalu khawatir dan curiga tentang Indonesia, karena kita ini demokrasi moderat dan sebagainya," kata Kalla, menjelaskan bahan pembicaraanya dengan Cheney. Secara pribadi, Kalla mengaku belum pernah ketemu langsung dengan Cheney. Jadi belum bisa menanggapi bagaimana pendapatnya tentang orang nomor dua di negara adidaya Amerika Serikat itu. "Yang jelas sama-sama berlatar belakang pengusaha. Jadi background (latar belakang) dan cara berfikir kita mungkin sama. Mudah-mudahan kita bersama dapat memformulasikan hal yang terbaik bagi kepentingan kedua bangsa," katanya. "Saya tidak banyak agenda politik dengan Cheney nanti (jika bertemu). Yang ditekankan adalah peningkatan hubungan ekonomi dengan dia. Peningkatan kerja sama ekonomi sangat penting," jelasnya. Namun, tentu saja pertemuan puncak itu akan menyentuh masalah-masalah lain, termasuk bidang politik. Soal politik, Kalla mengatakan sebuah demokrasi di Indonesia, baru bermakna apabila ia dapat meningkatkan kesejahtreraan rakyat. Hubungan baik RI-AS, katanya, baru bermakna apabila bisa meningkatkan kerja sama untuk kepentingan rakyat kedua bangsa. Bagi Amerika, kata Kalla, ucapan apresiasi (bahwa Indonesia adalah salah satu negara demokrasi dan Islamnya sangat moderat) baru bermakna apabila Amerika turut serta dalam menumbuhkan demokratisasi. "Dalam arti bahwa demokrasi di Indonesia itu lebih baik daripada tidak demokrasi dengan cara jangan terlalu khawatir dan curiga tentang Indonesia karena kita ini sudah demokrasi moderat dan sebagainya," demikian Wapres Jusuf Kalla. Banyak kesamaan Berdasarkan riwayat hidup dan perjalanan karier masing-masing, Kalla dan Cheney merupakan dua pribadi yang banyak memiliki kesamaan. Keduanya adalah pengusaha yang sekaligus juga pemimpin negara, sehingga memiliki cara pandang yang kurang lebih sama terhadap berbagai masalah kemasyarakatan dan kenegaraan. Kalla sebelum menjadi orang nomor dua di Indonesia sukses membangun kerajaan perusahaannya, Bukaka Group. Pada masa berkuasanya Partai Demokrat di bawah pemerintahan Presiden Bill Clinton, Cheney menekuni kegiatan di sektor bisnis dengan menjadi CEO perusahaan Halliburton, kelompok usaha yang bergerak di sektor energi dan konstruksi, dari tahun 1995 sampai 2000. Majalah Tempo menobatkan Kalla sebagai Super Vice President dan "Man of Action", karena orientasinya kepada hasil kerja serta tak terlalu menghiraukan kritikan dan popularitasnya. Bukanlah suatu kebetulan jika majalah Time menggambarkan Cheney mempunyai tujuh karakter utama, antara lain Cheney adalah "action man" dan "verbal economizer". Sebagai Wakil Presiden, Cheney dikenal tidak suka publisitas dan popularitas, karena yang diutamakannya adalah kepemimpinan atau leadership. Dengan kepercayaan besar dari Presiden George W Bush, sikap kepemimpinan yang tegas dan pandangan politik neokonservatif, Cheney menjadi tokoh kontroversial dan menjadi sasaran kecaman karena dianggap sebagai salah seorang arsitek utama berbagai kebijakan Presiden Bush dalam hal energi, lingkungan hidup, perang di Irak maupun perang melawan terorisme. Wakil Presiden Cheney juga diakui sangat loyal terhadap Presiden Bush. Sosok dan karakter Cheney tersebut juga kurang lebih dimiliki oleh Jusuf Kalla. "Jadi pertemuan Pak Kalla dengan Cheney akan merupakan pertemuan dua orang pemimpin yang banyak memiliki kesamaan sikap dan pandangan. Tentu hasilnya akan sangat bermanfaat bagi hubungan kedua negara," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusgiantoro, anggota delegasi Indonesia. Sedangkan Dubes RI untuk Washington DC, Sudjadnan Parnohadiningrat, mengemukakan pertemuan Kalla-Cheney merupakan peluang bagi peningkatan kerja sama RI-AS di berbagai bidang. Momentum pertemuan itu, kata Sudjadnan, perlu dipertahankan dan ditingkatkan dengan mengembangkan kepentingan bersama atau area of common interests dan meminimalkan perbedaan atau area of differences dalam berbagai segmen pola hubungan RI-AS. (*)
Copyright © ANTARA 2006