Jakarta (ANTARA) - Sebuah studi terbaru menyoroti potensi tes darah sederhana dalam memprediksi risiko penyakit jantung pada wanita selama 30 tahun.

Dikutip dari Medical Daily, Rabu (4/9), para peneliti mengusulkan bahwa pengukuran sekali waktu dari tiga biomarker dapat secara akurat meramalkan risiko kejadian kardiovaskular utama di masa mendatang.

Hasil studi, yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine, mengungkapkan bahwa dua jenis lemak dalam aliran darah, kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL) dan kadar lipoprotein(a) (lipid yang sebagian terdiri atas LDL) bersama dengan protein C-reaktif (CRP), indikator peradangan, dapat memprediksi risiko penyakit kardiovaskular wanita beberapa dekade ke depan.

Baca juga: Kini tes darah bisa dilakukan untuk deteksi "anxiety" atau kecemasan

Para peneliti mengumpulkan sampel darah dan informasi medis dari 27.939 wanita sehat di AS, yang semuanya merupakan peserta Women's Health Study, yang rata-rata berusia 55 tahun saat studi dimulai.

Mereka diikuti selama 30 tahun, di mana 3.662 peserta mengalami serangan jantung, stroke, operasi untuk memulihkan sirkulasi, atau kematian terkait kardiovaskular.

Peserta dikategorikan ke dalam lima kelompok berdasarkan tingkat tiga marker kunci: protein C-reaktif sensitivitas tinggi, kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL), dan lipoprotein(a). Studi ini menilai bagaimana biomarker ini, baik secara individu maupun kolektif, memprediksi risiko kejadian kardiovaskular.

Baca juga: Tes tusuk pakai glukometer bukan untuk diagnosis diabetes

Wanita dengan tingkat kolesterol LDL tertinggi memiliki risiko penyakit jantung 36 persen lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat terendah. Demikian pula, mereka dengan kadar lipoprotein(a) tertinggi menghadapi risiko 33 persen lebih tinggi, sedangkan wanita dengan kadar protein C-reaktif (CRP) tertinggi memiliki risiko terkait yang 70 persen lebih tinggi.

“Ketika ketiga faktor ini diukur bersama-sama, peserta dengan tingkat tertinggi memiliki risiko terkait stroke 1,5 kali lebih tinggi dan risiko penyakit jantung koroner lebih dari tiga kali lipat dibandingkan wanita dengan tingkat terendah,” kata rilis berita tersebut.

Meskipun hasil studi didasarkan pada wanita, para peneliti memprediksi hasil serupa pada pria. Temuan ini dipresentasikan di European Society of Cardiology Congress 2024, London.

Baca juga: Peneliti Oxford kembangkan prediktor tes darah untuk kemanjuran vaksin

“Kita tidak bisa mengobati apa yang tidak kita ukur, dan kami berharap temuan ini mendekatkan kita pada cara-cara yang lebih awal untuk mendeteksi dan mencegah penyakit jantung,” kata Dr. Paul M. Ridker, penulis studi dalam rilis berita.

Para peneliti percaya bahwa temuan mereka akan memungkinkan individu yang berisiko untuk mengambil langkah pencegahan lebih awal. Langkah-langkah tersebut termasuk modifikasi gaya hidup seperti melakukan aktivitas fisik secara teratur, mengikuti diet sehat untuk jantung, mengelola stres, menghindari atau berhenti merokok, dan menggunakan obat-obatan untuk mengontrol kadar lipid.

Baca juga: Tes darah untuk mengetahui HIV tak cukup sekali tapi tiga kali

Penerjemah: Putri Hanifa
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024