Lalat jantan dan betina dari spesies yang dinamai Burmapogonbruckschi itu ditemukan di Lembah Hukawng, Myanmar.
Menurut para peneliti, spesimen ituberukuran 2,5 sentimeter dan usianya mencapai 100 juta tahun.
B. bruckschi menambah lebih dari 7.500 spesies lalatpembunuh yang ada sekarang.
Lalat itu mendapatkan namanya dari ketepatan cara merekamembunuh: setelah menyergap, lalat pembunuh menusuk ekoskeleton mangsa merekadan menyuntikkan cairan pencernaan sehingga mereka bisa menyedot cairan yang ada di dalamtubuh mangsa.
Tetapi predator kecil itu tidak kebal terhadap resin.Serangga bisa terperangkap di batu ambar saat resin mengalir dari pohon yangmereka hinggapi.
Sebelumnya, sejarah lalat pembunuh baru ada di fosil batukapur.
"Batu ambar yang tembus pandang memberi peneliti jendelabaru ke ekologi di Zaman Cretaceous dan memberi pencerahan tentangsejarah evolusi keluarga lalat," kata Torsten Dikow, peneliti di SmithsonianNational Museum of Natural History, seperti yang dikutip dari laman LiveScience.
"Fosil lalat kuno ini terjaga dengan baik sehingga kaubahkan hampir dapat membayangkan mereka sedang terbang sekarang," tambahnya.
Dikow mengidentifikasi perbedaan B. bruckschi dengan kerabatmereka yang masih hidup. B. bruckschi memiliki antena yang rata, struktur mataberbentuk V, kaki belakang berduri, dan bulu menutupi bagian mulut yang tajam.
Spesies itu, bersama jenis lalat pembunuh lain yang dinamai Cretagasterraritanensis, digambarkan dalam edisi 21 Apriljurnal American Museum Novitates.
Spesies yang kedua baru diidentifikasi sebagai spesies baru. Fosilnya ditemukan di potongan ambar di New Jersey tahun 1999.
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014