Badung (ANTARA) - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyampaikan sejumlah praktik baik yang diupayakan Pemerintah Indonesia untuk memastikan keamanan dan ketahanan pangan dalam Forum Indonesia-Afrika (IAF) ke-2 di Bali, Selasa.

"Visi kami adalah mewujudkan tata kelola sistem pangan nasional yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan untuk mencapai ketahanan pangan yang berlandaskan kedaulatan dan kemandirian pangan," kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi pada Diskusi Panel VIII IAF ke-2 di Badung, Bali.

Untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia, Arief menyoroti target-target yang ditetapkan Bapanas, yakni target pertama untuk memastikan ketersediaan dan stabilisasi pangan.

Target berikutnya adalah upaya memastikan penanganan dalam isu kerawanan pangan dan gizi, serta upaya pada diversifikasi dan keamanan pangan.

Ketersediaan pangan ditargetkan dalam rangka mencapai pemenuhan ketersediaan pangan serta menjaga harga pangan di seluruh wilayah Indonesia.

Kemudahan aksesibilitas pangan juga ditargetkan oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka mencapai pengurangan daerah rawan pangan serta pengurangan sampah pangan.

Selain itu, pemerintah juga mengupayakan pemanfaatan pangan untuk mencapai peningkatan konsumsi pangan berdasarkan sasaran yang dianjurkan serta terjaminnya mutu dan keamanan pangan segar.

Target-target tersebut dicapai melalui pelaksanaan berbagai program, pemberian rekomendasi mengenai ketersediaan dan kebutuhan pangan, cadangan pangan, pengendalian harga pangan, serta pengendalian di tingkat produsen dan konsumen.

Dalam konteks itu, pemerintah juga telah menerbitkan peraturan presiden nomor 125 tentang pelaksanaan cadangan pangan pemerintah.

Pada sesi diskusi tersebut, Arief merekomendasikan kebijakan yang terkait dengan penanganan kerentanan dan kesadaran pangan dan gizi, serta kebijakan tentang bantuan pangan dalam konteks pencegahan dan pengendalian kerentanan pangan dan gizi, dan pemanfaatan pangan sebelum terbuang.

Dengan mengambil tema "Bandung Spirit for Africa's Agenda 2063", Indonesia ingin menjadikan Bandung Spirit yang dihasilkan dari Konferensi Asia Afrika 1955 sebagai fondasi untuk melanjutkan pembangunan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara Afrika di masa mendatang.

Beberapa kerja sama yang akan diprioritaskan dalam forum tersebut antara lain kerja sama dalam transformasi ekonomi, energi, pertambangan, ketahanan pangan, kesehatan, dan pembangunan.

Hasil konkret yang diharapkan dapat dicapai antara lain perjanjian antara pemerintah atau G-to-G, antara pemerintah dan pebisnis atau G-to-B maupun antarpebisnis atau B-to-B, serta Grand Design pembangunan Indonesia dengan Afrika, termasuk dengan negara-negara ketiga melalui triangular cooperation, dengan target kesepakatan bisnis hingga 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp54,69 triliun).

Baca juga: Menparekraf paparkan konsep "green job" di penghujung HLF-MSP
Baca juga: Indonesia capai perjanjian bisnis industri strategis, kesehatan, EBT

Pewarta: Katriana
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024