Jakarta (ANTARA) - Dua perusahaan terkemuka asal China, Huawei dan PowerChina Hubei, berperan penting dalam kesuksesan pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) ground-mounted terbesar di Indonesia, yang diresmikan pada pekan lalu di Kawasan Industri Kota Bukit Indah, Purwakarta, Provinsi Jawa Barat.

"Teknologi inverter Huawei sudah terbukti keandalannya dalam mengonversi aliran listrik secara lebih efisien dan memaksimalkan energi yang dihasilkan dari panel surya," sebut Head of Digital Power Huawei Indonesia Jin Song dalam keterangan resminya.

PLTS berkapasitas 100 megawatt tersebut merupakan proyek kerja sama antara PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Aruna Cahaya Pratama dengan dua raksasa China, Huawei dan PowerChina Hubei. Sebanyak 170.000 modul panel surya dipasang di lahan seluas 85 hektare.

Huawei membawa teknologi pembalik daya (inverter) dan SmartLogger dalam proyek ini. Huawei disebut memainkan peran vital dalam sistem tenaga surya untuk mengubah arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC), sehingga dapat digunakan oleh peralatan rumah tangga dan disalurkan ke jaringan listrik. Sebanyak 240 unit inverter digunakan dalam proyek ini.

Huawei juga menyediakan solusi manajemen dan pemantauan cerdas melalui SmartLogger, yang memungkinkan pengguna memantau kinerja sistem secara waktu nyata (real-time) melalui aplikasi atau platform web. Hal ini memberikan transparansi dan kontrol yang lebih baik terhadap operasi PLTS, memastikan setiap komponen bekerja dengan optimal.

Sementara itu, PowerChina Hubei mengungkapkan bahwa proyek ini menggunakan konsep ramah lingkungan, mulai dari desain, pengadaan, konstruksi, dan seluruh kegiatan commissioning.

Setelah beroperasi penuh, PLTS ini dapat memasok listrik ramah lingkungan untuk kawasan industri tersebut dan mengurangi emisi karbon dioksia hingga ratusan ribu ton, demikian Xinhua. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024