Banda Aceh (ANTARA) - Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI) siap memindahkan arena traditional boat race (TBR) dari Pulau Kapuk ke Waduk Keuliling untuk keselamatan atlet.

PODSI mengatakan kondisi ombak di Pulau Kapuk hingga saat ini terlalu besar sehingga berisiko bagi keselamatan para atlet dan induk organisasi olahraga tersebut sudah berdiskusi dengan setiap perwakilan kontingen terkait wacana tersebut.

"Pulau Kapuk ombaknya luar biasa sekali. Saat kami tinjau pertama kali memang bagus tapi kemudian dua bulan yang lalu ombaknya kok besar sekali. Kami mengupayakan untuk memindahkan ke tempat lain yang agak flat dan tidak terlalu berbahaya, tapi karena waktu untuk pembangunan jalan masuk dan sebagainya membuat PB PON keberatan karena dananya sudah tersalurkan di Pulau Kapuk," kata Wakil Ketua Umum 2 PB PODSI Hari Sidharta kepada pewarta, Selasa.

Karena waktu yang terbatas untuk menyiapkan arena di perairan laut terbuka, Hari Sidharta mengatakan bahwa opsi yang ditawarkan dan memungkinkan saat ini yaitu menggunakan Waduk Keuliling yang juga menjadi arena untuk dayung canoeing dan dayung rowing.

Baca juga: Jadwal cabang olahraga dayung di Olimpiade Paris 2024

Hari Sidharta menjelaskan saat ini PODSI telah menyurati PB PON terkait pengajuan perubahan arena untuk TBR tersebut. Menurut Hari semua keputusan terkait pemindahan arena tetap dikembalikan kepada PB PON.

"Tapi karena hari ini ombaknya sangat besar sekali sehingga tidak memungkinkan. Oleh karena itu kami mengundang semua kontingen untuk kemungkinan dipindahkan ke bendungan ini," ujar Hari Sidharta yang juga merupakan Technical Delegate Dayung.

Situasi saat ini, ombak besar masih terjadi di Pulau Kapuk menyebabkan lintasan traditional boat race dapat berubah karena jangkar dari lintasan tidak mampu menahan ombak yang cukup besar.

Baca juga: Pertandingan dayung nomor kano sempat dihentikan karena angin kencang
Baca juga: PODSI sebut perahu yang datang terlambat sebabkan kano sempat ditunda

Pewarta: Fajar Satriyo
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
Copyright © ANTARA 2024