Blitar (ANTARA News) - Eks tahanan politik (tapol) yang terjaring dalam operasi penumpasan sisa-sisa PKI di kawasan Blitar Selatan, Jawa Timur, berkeinginan membangkitkan kembali faham komunisme yang dianutnya sejak tahun 1960-an.
"Mereka sudah mulai bergerak dengan menggelar berbagai pertemuan dengan mantan tapol lainnya dengan berpindah-pindah tempat," kata Kepala Desa Bakung, Kecamatan Bakung, Talimin, saat ditemui ANTARA News di ruang kerjanya, Senin.
Ia mengaku, sudah lama mengendus adanya pertemuan internal antar mantan tapol tersebut, namun pihaknya tidak bisa menindak tegas karena tidak ada instruksi langsung dari atasannya.
"Yang jelas pembicaraan tiga orang mantan eks tapol, satu di antaranya warga Desa Bakung mengenai keinginan membangkitkan kembali faham komunisme. Dan mereka juga tidak pernah merasa takut mengadakan pertemuan-pertemuan rutin itu," ujarnya seraya menambahkan, beberapa kali memergoki pertemuan di antara mereka.
Namun sejauh ini dia belum menangkap adanya sinyalemen, mereka berencana melakukan upaya makar ataupun pemberontakan seperi pada tahun 1948 dan 1960-an.
Walau begitu, tambah dia, selama ini pihaknya hanya diminta oleh Pemkab Blitar untuk mengawasi gerak-gerik mereka kemanapun perginya tanpa harus bertindak apapun.
"Kami hanya diminta mengawasi saja untuk menjaga kemungkinan terjadinya ekses negatif dari masyarakat akibat pertemuan tersebut," katanya.
Menurut dia, sejumlah masyarakat masih merasa khawatir dengan bangkitnya ideologi yang pernah dilarang pada saat rezim Orde Baru itu berkuasa.
Talimin menyebutkan, di Desa Bakung sendiri terdapat 28 orang eks tapol yang pada rezim Orde Baru dikenai kewajiban melapor (walap) ke Markas Koramil Bakung.
Sementara data di Kecamatan Bakung pada bulan Agustus 2006 menyebutkan, jumlah eks tapol yang tersebar di 11 desa di kawasan Blitar Selatan itu mencapai 272 orang, yang terdiri dari 262 laki-laki dan 10 perempuan.
"Data ini setiap bulan sekali rutin kami laporkan kepada Bakesbang Linmas Kabupaten Blitar. Dan setiap saat jumlahnya bisa berkurang karena diantara mereka meninggal dunia," kata staf Kecamatan Bakung, Agus Prasetyo.
Jika ditinjau dari segi usia para eks tapol berkisar antara 55 hingga 80 tahun, kecil kemungkinan mereka mampu membuat gerakan makar, apalagi dengan latar belakang ekonomi pas-pasan.
Namun demikian salah seorang eks tapol Blitar Selatan, Mukimin (64), menyatakan optimismenya bahwa faham komunis bisa kembali bangkit di Indonesia.
"Meski bukan angkatan kami, tetapi kami berharap ada generasi mendatang yang membangkitkan faham ini," ujar Mukimin yang mengaku rutin mengadakan pertemuan dengan eks tapol lainnya, seperti Talam (warga Desa Ngrejo) dan Murijo (warga Desa Sumberdadi).
Pria dengan lima putra dan delapan cucu itu menambahkan, ajaran komunisme tidak akan pernah sirna sampai kapanpun, apalagi di kawasan Blitar Selatan yang mayoritas masyarakatnya hidup di bawah garis kemiskinan.
"Faham komunisme itu akan mudah tumbuh subur di tengah-tengah masyarakat yang tertindas, seperti di daerah Blitar Selatan ini," ujar Ketua Lekra (underbouw PKI) Kecamatan Bakung periode 1962-1968 itu.
Walau begitu, Mukimin menegaskan, tumbuhnya ajaran komunisme tersebut bukan dimaksudkan untuk membalas dendam pada rezim Orde Baru, meski selama 32 tahun dia dan keluarganya mengalami penderitaan lahir dan batin.
"Tidak ada pikiran pada diri kami-kami yang sudah tua ini, kecuali keinginan untuk meluruskan sejarah, bahwa sejatinya kami ini bukan pemberontak. Kami dulu melawan karena kami ditindas dan diperlakukan tidak manusiawi," tutur pria yang tertangkap pasukan Operasi Trisula di kawasan Blitar Selatan pada pertengahan Juli 1968 itu.
Untuk memuluskan keinginannya itu, ia mengaku telah ikut aktif dalam struktur kepengurusan sebuah partai politik berhaluan nasionalis selain juga aktif di sejumlah kegiatan sosial keagamaan.
"Bahkan belum lama ini saya juga jadi pembicara sebuah acara yang diadakan ormas besar di Kediri. Saya sampaikan pula ide-ide tentang sosialis, karena hakekatnya tujuan berdemokrasi adalah menuju masyarakat sosialis seperti cia-cita PKI dulu," ungkapnya saat ditemui di rumahnya yang berjarak sekitar 200 meter dari Monumen Trisula di Desa Bakung, Blitar Selatan.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006