Badung (ANTARA) - Wakil Presiden Zimbabwe K.C.D. Mohadi mengatakan bahwa Forum Indonesia-Afrika (IAF) ke-2 yang digelar di Badung, Bali, telah memberinya kesempatan untuk meningkatkan kerja sama di bidang pertambangan.

"Forum ini memberi kita wadah unik untuk bertukar gagasan tentang bagaimana Afrika dan Indonesia dapat mendiversifikasi dan memperdalam kerja sama di sektor pertambangan," kata Mohadi dalam sesi Leaders' Talk V dalam rangkaian acara IAF di Badung, Bali, pada Selasa.

Terkait sektor pertambangan itu, Mohadi mengatakan bahwa sektor tersebut telah menjadi salah satu sektor strategis yang mendorong pertumbuhan dan transformasi di Zimbabwe.

Sektor tersebut, katanya, telah menyumbang 60 persen pendapatan ekspor Zimbabwe dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap visi negara untuk mendorong pendapatan masyarakat ke kelas menengah ke atas pada 2030.

Dalam upaya negaranya untuk mencapai visi negara pada 2030, Pemerintah Zimbabwe berupaya mengubah sejumlah perundang-undangan untuk menarik investasi tambahan dalam ekstraksi dan pengolahan sumber daya mineral.

"Saya yakin hal ini akan sangat membantu mewujudkan tujuan pertambangan berkelanjutan demi kepentingan warga negara Zimbabwe dan para investor di sektor pertambangan," katanya.

Mohadi menyampaikan keyakinannya bahwa negaranya dapat bekerja sama dengan Indonesia di sektor pertambangan demi memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.

Rancangan Nota Kesepahaman di bidang itu juga telah dipertukarkan dengan Pemerintah Indonesia.

Dia menegaskan bahwa negaranya memiliki lebih dari 60 sumber daya mineral yang dapat diperdagangkan dengan Indonesia, dengan beberapa mineral utama dinilai bisa meningkatkan nilai mutu dan nilai tambah di bawah Strategi Nasional.

Strategi Nasional Zimbabwe tersebut mencakup pengelolaan beberapa sumber daya mineral seperti emas, platinum, logam, berlian, batu bara, batu permata, kromium, dan litium.

"Zimbabwe memiliki sumber litium terbesar kedua di dunia, yang memberi kami peluang unik untuk berkontribusi pada ekonomi, kebaikan bagi rakyat, dan planet ini," demikian katanya.

IAF ke-2 digelar dari 1-3 September 2024 bersamaan dengan pelaksanaan Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLF-MSP).

Dengan mengambil tema "Bandung Spirit for Africa's Agenda 2063", Indonesia ingin menjadikan Bandung Spirit yang dihasilkan dari Konferensi Asia Afrika 1955 sebagai fondasi untuk melanjutkan pembangunan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara Afrika di masa mendatang.

Beberapa kerja sama yang akan diprioritaskan dalam forum tersebut antara lain kerja sama dalam transformasi ekonomi, energi, pertambangan, ketahanan pangan, kesehatan, dan pembangunan.

Hasil konkret yang diharapkan dapat dicapai antara lain perjanjian antara pemerintah atau G-to-G, kesepakatan bisnis G-to-B maupun B-to-B, dan Grand Design pembangunan Indonesia dengan Afrika, termasuk dengan negara-negara ketiga melalui triangular cooperation, dengan target kesepakatan bisnis hingga 3,5 miliar dolar AS (sekitar Rp54,69 triliun).

Baca juga: Indonesia berbagi pengalaman transformasi ekonomi di IAF
Baca juga: Indonesia berbagi praktik baik pada pengembangan industri di IAF ke-2
Baca juga: Jokowi bahas kerja sama farmasi-pertambangan dengan Wapres Zimbabwe

Pewarta: Katriana
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024