Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid menyampaikan pentingnya membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan identitas Indonesia jika pemerintahan baru serius menginginkan pembentukan Kementerian Kebudayaan.

“Kalau kita perhatikan diskusi di tingkat global itu, satu hal yang hilang atau terlewat yaitu identitas Indonesia, jadi bagaimana menciptakan orang-orang dengan keterampilan yang tinggi tetapi rasa Indonesia dan identitas kebangsaannya kuat, dan itu tugas kalau Kementerian Kebudayaan berdiri, nomor satu itu, harus bisa dicapai dan menjadi indikator kinerja utamanya,” kata Hilmar dalam diskusi publik di M Bloc Space, Jakarta, Senin.

Ia mencontohkan, Kemendikbudristek memiliki program profil pelajar Pancasila dengan enam ciri yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebhinnekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

“Silakan berdiskusi apakah ini perwujudan yang diharapkan atau tidak, tetapi poinnya adalah kita perlu manusia-manusia yang siap menghadapi berbagai macam tantangan global itu dengan akar Indonesia,” ucapnya.

Menurutnya, untuk mempersatukan kebudayaan Indonesia perlu satu kata kunci, yakni imajinasi.

Baca juga: BPK IV: Betandak Dangkong jadi ajang diplomasi budaya

“Satu kata kunci untuk bisa merangkum dan mengikat masyarakat kita dalam kesatuan itu imajinasi. Patung Sudirman kasihan sekali, berdiri di jalan yang dilalui jalan setiap hari dan tidak ada orang memperhatikan. Cipto Mangunkusumo diingat sebagai apa? Halte bus, itu fakta, sekarang ini civic imagination (imajinasi masyarakat) kita tipis,” ujar dia.
.
Hilmar menegaskan, imajinasi perlu terus diperbarui untuk menghubungkan masa lalu, masa kini, dan bayangan tentang masa depan.

“Tentu ini tidak mudah, satu kata kunci kalau kita belajar dari sejarah, Indonesia ini luas, 6.600 pulau berpenghuni, 17 ribu seluruhnya, punya 1.100 suku bangsa, kita berbicara dalam 700 bahasa yang berbeda, punya begitu banyak sejarah panjang yang bervariasi dan beragam, perlu menarasikan itu dan menjadikannya sebagai imajinasi,” tuturnya.

Baca juga: Kemendikbudristek gelar "Lokovasia" perkuat ekosistem musik tradisi 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024