Beijing (ANTARA) - Saat jutaan murid sekolah dasar dan menengah di seluruh China kembali ke sekolah untuk memulai semester musim gugur, banyak dari mereka kini semakin terlibat dengan kehidupan digital, seiring dengan langkah sekolah-sekolah di China yang terus memodernisasi fasilitas gedung sekolahnya dengan teknologi cerdas.

Pada hari pertama semester baru yang jatuh pada Senin (2/9), para murid sekolah dasar di sebuah sekolah di China timur laut diberi tugas yang menyenangkan, yaitu memberikan informasi kepada sebuah robot interaktif agar robot tersebut dapat dengan cepat memenuhi kualifikasi sebagai konselor penyuluhan sekolah.

Para murid dengan antusias melakukan tugas tersebut secara berkelompok, mengumpulkan dan memberikan informasi untuk dipelajari oleh robot bernama "Xiaofei" itu, dan menggunakan sebuah program perangkat lunak di komputer tablet untuk menyelesaikan dialog antara manusia dan mesin.

Robot tersebut, yang disediakan oleh raksasa kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan teknologi intelligent speech iFLYTEK dari China, hanyalah satu dari serangkaian peralatan dan fasilitas cerdas di sebuah laboratorium inovasi AI di Sekolah Dasar No. 2 Jalan Liaoshen di Shenyang, ibu kota Provinsi Liaoning.

"Sekolah ini dengan giat mempromosikan pembangunan sebuah sekolah digital," kata Li Na, wakil kepala sekolah di Sekolah Dasar No. 2 itu, seraya menambahkan bahwa selain memperkenalkan sistem pendidikan cerdas untuk mendukung pengajaran dan pembelajaran yang dipersonalisasi, laboratorium AI tersebut juga memungkinkan para murid terlibat dalam pengetahuan pemrograman komputer dan penerapan robotika.

Pengajaran AI telah diintegrasikan ke dalam sejumlah mata pelajaran di sekolah itu, antara lain olahraga, penulisan kaligrafi, bahasa Mandarin, dan seni. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran olahraga, para murid mengenakan jam tangan pendeteksi detak jantung untuk memantau data kesehatan olahraga secara waktu nyata (real-time). Para guru kemudian membuat keputusan untuk memberikan tingkat latihan yang berbeda berdasarkan data tersebut untuk menghindari risiko keselamatan di kelas.

Liu Tianxiao (14) merupakan murid kelas delapan di Sekolah Menengah Jin Ling kampus Hexi di Nanjing, ibu kota Provinsi Jiangsu, China timur. Satu pekan sebelum sekolah itu dibuka, Liu termasuk di antara sekitar 100 relawan murid yang diundang untuk menguji coba "Taman Bermain Cerdas" baru sekolah tersebut. Fasilitas olahraga cerdas ini terintegrasi dengan teknologi AI dan Internet of Things (IoT).

Liu dan beberapa teman sekolahnya diminta untuk menyelesaikan tes lompat tali selama tiga menit di taman bermain itu. Hasil dan peringkat mereka pun langsung ditampilkan di sebuah layar.

Taman Bermain Cerdas tersebut, yang mulai beroperasi pada semester ini, mencakup area seluas 16.000 meter persegi di lapangan sekolah itu. Taman tersebut dapat menggunakan teknologi pengenalan wajah untuk membantu para guru olahraga memantau performa murid dalam berbagai cabang olahraga, seperti lompat tali, lari, lompat, lempar bola, pull-up, dan sit-up.

Chu Xinlu, kepala departemen olahraga, mengatakan bahwa sekolah itu merupakan yang pertama melakukan uji coba "Taman Bermain Cerdas" di provinsi tersebut. Mulai semester ini, fasilitas olahraga cerdas itu, yang dikembangkan bersama oleh sekolah tersebut dan Jiangsu Sports Industry Group Co., Ltd., akan melayani lebih dari 7.000 murid dan 700 guru di sekolah itu.

Pada Februari tahun ini, Kementerian Pendidikan China mengumumkan 184 basis percontohan pendidikan AI di sekolah dasar dan menengah untuk mengeksplorasi lebih lanjut konsep baru, model baru, dan skema baru dari pendidikan AI.

Sekolah Menengah No. 18 Beijing, salah satu basis percontohan tersebut, memasang papan tulis cerdas di ruang kelas. Pada Senin, para murid terlihat melakukan sebuah simulasi percobaan kimia tentang "reaksi antara metana dan klorin" di layar sentuh papan tulis itu.

Di sekolah percontohan lainnya, yaitu Sekolah Menengah No. 20 Beijing, setiap murid di kelas Bahasa Inggris memegang sebuah perangkat terminal cerdas kecil untuk berlatih secara lisan, yang dapat langsung memberikan umpan balik pelafalan dan analisa tata bahasa kepada pembicara.

Sistem tersebut dapat memberikan evaluasi suara cerdas, menandai revisi, serta mengumpulkan data, sehingga membantu para guru dapat dengan cepat memeriksa performa setiap murid.

Di sekolah-sekolah China, ukuran kelas yang besar, dengan satu guru mengajar di hadapan puluhan murid, adalah hal yang umum. Kini, dengan bantuan perangkat digital dan sistem berteknologi AI, para guru dapat memberikan pengajaran yang ditargetkan dan bantuan yang dipersonalisasi.

Cao Peijie, Wakil Direktur Institut Penelitian Pendidikan Digital dari Akademi Ilmu Pendidikan Nasional China, mengatakan bahwa digitalisasi pendidikan sekolah merupakan cara yang efektif untuk mempersempit kesenjangan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan. China berkomitmen untuk mengimplementasikan sebuah strategi nasional pendigitalisasian dalam pendidikan, mempromosikan pembagian sumber daya pendidikan berkualitas tinggi secara luas, ujar Cao. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024