Jakarta (ANTARA News) - Pengalaman pahit mengawali kisah Rachmawaty (44) sebagai sopir taksi sekitar delapan tahun yang lalu.
Perempuan yang tinggal di Jati Asih, Bekasi, itu pernah memergoki penumpang berbuat asusila di dalam taksinya.
"Waktu awal-awal nyupir taksi, saya pernah dapat penumpang yang berbuat mesum di daerah Kalimalang. Mereka ngelakuin hubungan suami isteri di dalam taksi," katanya kepada ANTARA News di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Senin.
Rachmawaty mengaku saat itu belum mengetahui soal adanya peraturan yang melarang penumpang melakukan tindak mesum di dalam taksi. Ia pun hanya bisa diam sambil memendam rasa kesal.
Tak hanya itu, dia juga pernah menjadi korban pelecehan seksual seorang warga negara asing yang menumpang taksinya.
"Waktu itu, dia duduk di sebelah saya. Lalu tiba-tiba dia ngeluarin alat kelaminnya. Saya disuruh melakukan itu," kata supir Blue Bird meter itu.
Namun Rachmawaty berhasil menolak permintaan si penumpang.
Pengalaman pahit Rachmawaty membawa penumpang asing tak berhenti di situ. Kemampuan berbahasa Inggris yang terbatas, kadang membuat dia salah memahami permintaan penumpang dan kena marah.
"Waktu itu, orang Arab naik dari Taman Mini. Ia minta diantar ke Aryaduta. Saya pikir Aryaduta Tugu Tani. Enggak tahunya, Aryaduta Semanggi. Komplain lah dia," ujarnya.
"Kalau dapat penumpang bule langsung nge-blank. Mau ke kawasan PRJ saja saya langsung lupa jalannya lewat mana," kata ibu dari enam anak itu.
Demi keluarga
Rachmawaty memutuskan menjadi sopir taksi delapan tahun lalu. Dia harus bekerja memenuhi kebutuhan keluarga menggantikan peran sang suami, yang terjerat kasus narkoba dan harus masuk bui.
"Awalnya saya melamar di perusahaan taksi lain tapi karena masalah pengalaman, saya ditolak. Terus saya nyoba ke Blue Bird di kawasan Narogong, Bekasi. Ternyata di terima tanpa harus ada pengalaman," katanya.
Rachmawaty mengaku dapat menyetor sekitar Rp700 ribu - Rp 1,5 juta dalam sehari ke perusahaan.
"Saya keluar pool jam 2.00 pagi. Kalau jam 19.00 malem penghasilan yang didapat sudah melebihi target, bisa pulang," katanya.
Selain mendapat gaji, dia kadang mendapat uang tip dengan nominal yang cukup besar dari penumpang.
Dengan pendapatannya sebagai sopir taksi, Rachmawaty bisa membiayai hidup keluarganya.
Pengalaman-pengalaman pahit yang dia rasakan ketika menjalani pekerjaan menjadi sopir taksi tidak menyurutkan keinginannya untuk bekerja demi keluarga.
Bahkan kini Rachmawati menyukai pekerjaannya sebagai sopir taksi karena jam kerjanya fleksibel dan memungkinkan dia bertemu serta menjalin pertemanan dengan banyak orang. Ia ingin menjalani profesi itu sampai masa pensiun tiba.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014