Sekali lagi kami tidak kaget dengan kontraksi lebih dalam industri manufaktur Indonesia,
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan, angka Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur pada Agustus 2024 yang terkontraksi menjadi 48,9 poin atau turun 0,4 poin secara bulanan, dikarenakan belum adanya kebijakan signifikan untuk menjaga industri manufaktur nasional.
 

 
 
"Sekali lagi kami tidak kaget dengan kontraksi lebih dalam industri manufaktur Indonesia," kata dia di Jakarta, Senin.
 
 
 
Dirinya menjelaskan, berdasarkan rilis dari S&P Global, kontraksi itu karena adanya pelemahan penjualan yang menyebabkan peningkatan stok barang jadi selama dua bulan berjalan, yang kemudian turut disebabkan oleh masifnya produk impor murah ke pasar domestik.
 
 
 
"Adanya barang impor murah membuat masyarakat lebih memilih produk-produk tersebut dengan alasan ekonomis. Hal ini dapat menyebabkan industri di dalam negeri semakin menurun penjualan produknya serta utilisasi mesin produksinya,” kata dia.
 
 
 
Lebih lanjut, Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arief mengatakan, para pelaku industri mengamati perkembangan penerapan aturan oleh pemerintah yang secara langsung berpengaruh pada pelambatan ekspansi pada subsektor industri.
 
 
 
“Misalnya, pada industri makanan dan minuman, para pelaku usaha nampak menahan diri dengan adanya rencana pemberlakuan cukai untuk minuman berpemanis dalam kemasan,” katanya.
 
 
 
Dirinya mengatakan, untuk mendorong ekspansi industri manufaktur, pihaknya tengah mengakselerasi perluasan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT), percepatan penerapan Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) khususnya untuk industri terdampak seperti keramik dan kertas, penerapan SNI, serta percepatan pembatasan barang impor dan penegakan hukum atas impor ilegal.
 
 
 
“Selain itu, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Gas Bumi Untuk Kebutuhan Dalam Negeri juga perlu diprioritaskan pengesahannya, agar bisa menjadi game changer bagi industri manufaktur,” ujar Febri.
 
 
 
Sebelumnya Economics Director S&P Global Market Intelligence Paul Smith mengatakan, penurunan pada perekonomian sektor manufaktur Indonesia pada Agustus mengakibatkan perusahaan menanggapi dengan mengurangi karyawan, namun menurut dia, kontraksi ini dipercaya hanya berlangsung sementara.

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2024