Badung (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi mengatakan penyelenggaraan Indonesia-Africa Forum kedua mencatat kenaikan kesepakatan bisnis yang mencapai 3,5 miliar dolar AS (Rp54,38 triliun).

“Di 2018 deliverables-nya 586,6 juta dolar AS (Rp9,1 triliun). Sementara untuk tahun ini deliverables-nya 3,5 miliar dolar AS yang berarti peningkatannya sekitar 600 persen,” kata Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi saat konferensi pers di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin.

Menlu menuturkan bahwa peningkatan nilai kerja sama yang signifikan tersebut patut dibanggakan karena hal itu menggambarkan bahwa peluang baru kerja sama ekonomi terus terbuka.

“Tentunya ini tidak sampai di sini saja. Indonesia akan terus mengawal implementasi dari berbagai kesepakatan agar benar-benar dapat memberikan manfaat yang nyata bagi rakyat Indonesia dan Afrika,” ucapnya.

Melalui sejumlah pertemuan bilateral dengan beberapa negara, lanjutnya, sejumlah delegasi telah menyampaikan adanya rencana kunjungan kenegaraan maupun kunjungan kerja di tahun depan ke Indonesia.

Menlu Retno turut menandatangani MoU mengenai bebas visa untuk pemegang paspor diplomatik dan dinas bersama dengan Menlu Eswatini. Penandatanganan kerja sama tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan saling kunjung pejabat kedua negara.

“Saya juga sudah bertemu dengan Mensesneg Angola dan membahas kerja sama ekonomi, agro industri dan perikanan. Dan Angola juga sedang dalam proses untuk membuka kedutaan besarnya di Jakarta,” tambahnya.

Lebih lanjut Retno menuturkan bahwa IAF menjadi pertemuan yang penting karena menjadi salah satu "kendaraan" untuk memperkuat kemitraan dengan Afrika karena benua terbesar kedua dunia tersebut diproyeksikan menjadi kontinen masa depan dengan peluang kerja sama yang juga sangat besar.

Pertumbuhan ekonomi Afrika pada 2023 mencapai empat persen, melampaui pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 2,7 persen. Afrika juga miliki bonus demografi dengan populasi penduduk usia muda yang besar. Selain itu, Afrika juga diberkahi dengan berbagai sumber daya alam yang melimpah, termasuk mineral kritis.

Kerja sama ekonomi antara Indonesia dan negara-negara Afrika terus meningkat dari waktu ke waktu. Sejauh ini, terdapat beberapa kerja sama bisnis Indonesia-Afrika yang sudah berjalan, antara lain ekspor vaksin ke 41 negara Afrika sejak 2001.

Kemudian pembangunan pabrik mi instan di Nigeria, pengolahan minyak atsiri cengkeh di Zanzibar, hingga ekspor alat pertanian dan pupuk.

“Afrika terlalu besar untuk tidak menjadi perhatian kita, dan Indonesia menyatakan siap bermitra dengan negara-negara Afrika, khususnya di sektor pangan, energi, kesehatan, dan mineral,” kata dia.

Baca juga: Menlu sebut negara-negara Afrika tertarik dengan industri kelapa sawit
Baca juga: Jokowi bahas kerja sama farmasi-pertambangan dengan Wapres Zimbabwe


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024